Saham Teknologi Masih Lesu, Simak Prospeknya Sampai Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten teknologi masih lesu. Kondisi ini diperkirakan membaik di akhir tahun, seiring dengan optimisme penurunan suku bunga bank sentral.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor teknologi sudah turun 25,76% sejak awal tahun alias year to date (ytd).

Di sisi lain, banyak isu yang menjadi awan gelap bagi sektor ini, baik itu datang dari industri dan kinerja emitennya. Misalnya, serangan siber yang menjadi kekhawatiran banyak orang akan keamanan data di dunia maya. Lalu, ada juga soal kinerja PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang betah di level Rp 50 per saham, padahal sempat aktif ditransaksikan.


Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kinerja emiten teknologi sebenarnya relatif tumbuh. Meskipun masih mencetak rugi, tetapi beberapa emiten berhasil mengurangi kerugian mereka di kuartal I 2024.

Misalnya, GOTO yang per kuartal I-2024 membukukan rugi bersih Rp 862 miliar atau susut 78% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 3,86 triliun di kuartal I-2023.

Lalu, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) masih mencatatkan rugi bersih Rp 41,96 miliar per kuartal I 2024, meskipun ini turun 95,83% yoy.

“Yang paling penting adalah sektor teknologi ini harus terus menggenjot value menjadi gross merchandise value (GMV),” ujarnya kepada Kontan, Senin (15/7).

Baca Juga: Paling Aktif Ditransaksikan Tapi Saham GOTO Masih Betah di Gocap, Ini Penjelasannya

Di semester II 2024, kinerja emiten teknologi diproyeksikan masih bisa membaik. Hal itu didorong oleh konsumsi masyarakat yang masih kuat, sehingga jadi katalis positif untuk lini bisnis e-commerce. Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga bank sentral juga akan menguntungkan emiten teknologi.

Kata Nafan, penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan terjadi pada bulan September 2024. Hal itu tentu akan diikuti oleh bank sentral di negara-negara lain.

“Namun, untuk mencapai keuntuntungan, memang masih harus butuh kesabaran,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk BUKA dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan target harga terdekat masing-masing di Rp 143 per saham dan Rp 560 per saham.

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan harga saham PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) ada di level support Rp 450 per saham dan resistance Rp 470 per saham. William pun merekomendasikan beli untuk BELI dengan target harga Rp 470 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan harga saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) ada di level support Rp 197 per saham dan resistance Rp 214 per saham. Herditya pun merekomendasikan sell on strength untuk WIFI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih