KONTAN.CO. ID – JAKARTA. Performa PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) cukup tangguh di semester pertama 2024. Kinerja TLKM sedikit goyah karena dibebani kerugian investasi dan juga konsumsi masyarakat yang melemah. Pendapatan TLKM terpantau bertumbuh 2,5% YoY sebesar Rp75,3 triliun pada semester pertama tahun ini. Sementara itu, laba bersih emiten pelat merah ini terkontraksi sebesar -7,8% YoY menjadi Rp11,8 triliun pada semester I 2024. Research Analyst MNC Sekuritas Vera mengamati, terdapat dua faktor yang memengaruhi turunnya pos keuntungan TLKM. Pertama, peningkatan kerugian yang belum terealisasi dari investasi di GOTO menjadi Rp 854 miliar pada triwulan kedua dibandingkan kerugian Rp403 miliar pada triwulan pertama 2024.
“Jika kami mengecualikan faktor ini, EBITDA TLKM akan mengalami pertumbuhan sekitar 2,1% YoY dan laba bersih akan meningkat sebesar 2,5% YoY pada semester pertama 2024,” ungkap Vera dalam riset 2 Agutus 2024.
Baca Juga: Perkembangan Teknologi Semakin Pesat, Telkomsel Sediakan Beragam Inovasi ke Pelanggan Kedua, lanjut Vera, laba bersih TLKM yang lebih rendah ini disebabkan oleh adanya Program Pensiun Dini (ERP) berjumlah Rp1,2 triliun yang bersifat
one off. Jika faktor ini tidak dimasukkan pada realisasi hingga pertengahan tahun 2024, maka TLKM seharusnya menghasilkan pertumbuhan 1,9% YoY untuk EBITDA dan laba bersih. Adapun tumbuhnya pendapatan TLKM karena disokong oleh segmen data, Internet, & Layanan IT yang mengalami kenaikan 9,2% YoY menjadi Rp45,5 triliun pada semester I-2024. Sementara itu, tekanan datang dari Indihome dengan pendapatan yang lebih rendah, serta pendapatan dari SMS, bisnis
fixed voice juga menurun karena peralihan dari bisnis
legacy ke data. Meskipun demikian, lanjut Vera, terpantau adanya peningkatan positif dalam pendapatan internet dan pendapatan/Gigabyte di kuartal kedua, didukung oleh peningkatan dalam payload data. Sehingga ini menjadi indikasi bahwa peluncuran Telkomsel Lite tidak merugikan
pricing yield seperti yang sebelumnya dikhawatirkan pasar. Analis BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Niko Margaronis menilai, strategi penetapan harga TSEL dengan paket Lite dan ByU telah membantu membentuk tren pelanggan TSEL bertumbuh menjadi 158 juta, sedangkan ARPU datar sebesar Rp 45.000 di kuartal kedua 2024. Sehingga, TLKM dianggap dapat melawan persaingan di industri telekomunikasi dengan strategi penetapan harga yang lebih efektif. Niko berujar, meskipun ARPU datar, namun segmen pengguna
high value yang sekitar 60%-70% dari basis pelanggan TSEL diharapkan akan menyeimbangkan potensi tekanan pada ARPU. Oleh karena itu, BRIDS memperkirakan
Average Revenue Per User (ARPU) TLKM mungkin berkisar 45.000 untuk tahun 2024.
Baca Juga: Telkom (TLKM) Resmi Lahirkan InfraCo Untuk Mengelola Jaringan Fiber Optic BRI Danareksa memandang bahwa segmen
fixed broadband dan
enterprise akan mendorong pertumbuhan TLKM ke depan. Hal itu tercermin dari meningkatnya pengguna Indihome dari awal tahun ini sekitar 449 ribu menjadi 9,1 juta pelanggan per akhir semester I-2024. “Momentum pertumbuhan segmen ini diharapkan akan terus berlanjut dengan layanan EZNet untuk menembus segmen konsumen kelas bawah,” imbuh Niko dalam riset 6 Agustus 2024. Di sisi lain, Niko menilai, terdilusinya ARPU Indihome menjadi Rp 240 ribu per akhir Juni dipandang masih dapat dikelola. Selain itu, B2B atau enterprise dipandang merupakan segmen yang kuat, sehingga diharapkan segmen Wholesale & International Business (WIB) akan mendukung pendapatan TLKM di semester kedua 2024 dan tahun fiskal 2025. “Kami mempertahankan peringkat Beli pada TLKM karena pertumbuhan pendapatannya yang terdiversifikasi dari segmen
enterprise dan WIB, dengan TSEL sebagai tuas yang akan menangkis persaingan dan membangun jalur pertumbuhan di FMC,” tambahnya.
Baca Juga: Melirik Prospek Saham Market Cap Jumbo yang Harganya Melempem Sejak Awal Tahun Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat bahwa TLKM masih akan didukung oleh bisnis
Fixed Mobile Convergence (FMC) yang masih kuat, terlepas dari adanya kekhawatiran merosotnya laba. Seperti diketahui, entitas usaha layanan FMC TLKM yaitu PT Telekomunikasi Selular alias Telkomsel. Pendapatan TLKM juga akan disokong oleh Indihome karena dinilai dapat meningkatkan kapabilitas TLKM, pangsa pasar, jumlah pengguna, hingga pendapatan rata-rata per pengguna alias ARPU. Asal tahu saja, Indihome dan Telkomsel sudah resmi bergabung sejak 1 Juli 2023 lalu. “Jadi nanti pertumbuhan pendapatan TLKM masih akan bagus,” kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Baca Juga: Harga 3 Saham Blue Chip Telekomunikasi Berguguran, Mana yang Layak Beli? Nafan menyoroti, laba bersih TLKM terseret oleh kerugian investasi perusahaan di GOTO ataupun juga ARTO yang memang kinerja dan harga saham tengah dalam tren penurunan. Akibatnya, laba bersih ataupun saham TLKM juga ikut turun. Vera menuturkan, menyusul hasil yang tidak menggembirakan pada semester pertama tahun 2024, manajemen TLKM telah menurunkan target pendapatan untuk tahun fiskal 2024. Dari sebelumnya target
mid-single digit menjadi
low-single digit. Oleh karena itu, MNC Sekuritas juga telah merevisi proyeksi terhadap TLKM. Pendapatan TLKM diperkirakan akan tumbuh sedikit 1,3%yoy menjadi Rp151,2 triliun dari sebelumnya 5,2% YoY untuk tahun 2024, dengan segmen data seluler dan internet, serta jaringan dan layanan telekomunikasi lainnya, tetap menjadi pendorong pertumbuhan utama. Untuk EBITDA diperkirakan akan berkontraksi sebesar -2,0% YoY di tahun 2024, dengan mempertimbangkan biaya ERP dan kerugian yang belum terealisasi dari investasi di GOTO, sehingga menghasilkan margin sekitar 50%. Sedangkan, laba bersih TLKM diproyeksi akan melambat sebesar -5,3% YoY dengan NPM sebesar 15,4%.
Baca Juga: Penetrasi Internet Meningkat, Simak Rekomendasi Saham Telco : ISAT, TLKM dan EXCL Niko juga memangkas estimasi pertumbuhan pendapatan TLKM menjadi 2,7% yoy dengan asumsi pemulihan TSEL yang lebih bertahap di tengah pendapatan konsumen yang lemah. Margin inti EBITDA Telkom diperkirakan lebih rendah di semester kedua 2024, sejalan dengan pedoman revisi manajemen di tengah upaya transformasi segmen IT.
Niko mempertahankan peringkat Beli untuk TLKM tetapi dengan target harga yang lebih rendah direvisi menjadi Rp4.250 per saham. Sentimen konsumen yang lemah dan persaingan merupakan risiko penurunan utama TLKM. Vera juga masih mempertahankan rekomendasi Beli untuk TLKM, namun dengan target harga lebih rendah menjadi Rp3.500 per saham dari sebelumnya Rp 4.010 per saham. Alasan dari revisi target harga ini karena kinerja yang terus melemah, khususnya di Indihome, yang awalnya diharapkan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan utama TLKM sejalan dengan eksekusi FMC. Kalau Nafan menyarankan
buy on weakness untuk TLKM dengan target harga Rp 3.700 per saham. Mengutip RTI Business, per Kamis (8/8), harga saham TLKM ditutup pada posisi Rp 2.850 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati