KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA), sebelumnya bernama PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, sempat bergerak liar di penghujung tahun 2023. Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan sementara (suspense) terhadap saham terafiliasi taipan Prajogo Pangestu ini pada 22 Desember 2023. Namun, saat ini harga saham TPIA perlahan mulai mereda. Pada perdagangan Rabu (10/1), saham TPIA ditutup melemah 5,21% ke level Rp 4.000 per saham. Bahkan, pada perdagangan Selasa (9/1), saham anak usaha PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) ini anjlok 20% sehingga menyentuh batas
auto rejection bawah (ARB).
Baca Juga: Mengapa Saham-Saham Emiten Grup Barito Ambles? Cek Rekomendasi Sahamnya Manajemen TPIA buka suara ihwal pergerakan liar saham TPIA. Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Suryandi melihat, pergerakan harga saham TPIA merupakan sebuah dinamika pasar, yang ditentukan oleh sentimen pengembangan bisnis TPIA hingga jumlah saham TPIA yang beredar di pasar.
“Tetapi faktor apa yang membuat menjadi tidak wajar, kami serahkan ke pihak-pihak otoritas seperti Bursa Efek Indonesia,” terang Suryandi, Rabu (10/1). Pengembangan bisnis yang dilakukan, di antaranya bertransformasi dari semula hanya perusahaan yang berbasis petrokimia menjadi perusahaan kimia dan infrastruktur. Transformasi ini mulai digalakkan TPIA pada 2023 lalu, di antaranya dengan mengakuisisi anak usaha PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS), yakni akuisisi 70% saham Krakatau Daya Listrik (yang saat ini menjadi Krakatau Chandra Energi) dan akuisisi sebanyak 49% saham Krakatau Tirta Industri pada 27 Februari 2023.
Baca Juga: PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Resmi Transformasi Jadi PT Chandra Asri Pacific Tbk TPIA juga membenamkan investasi signifikan di sektor infrastruktur energi, melalui Krakatau Chandra Energi. Investasi tersebut dibagi menjadi dua tahap dengan nilai hingga US$ 200 juta. Dengan nilai investasi tersebut kepemilikan saham Krakatau Chandra Energi di PT Krakatau Posco Energy (KPE) kini menjadi 45%. “TPIA sudah bertransformasi dan melakukan diversifikasi, sehingga bisa memperkuat
bottom line,” sambung Suryandi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli