Saham Trimegah Bangun (NCKL) Masih di Bawah IPO Meski Rajin Ekspansi dan Laba Melejit



KONTAN.CO.ID- JAKARTA. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) terus melebarkan sayap bisnisnya. Emiten nikel Grup Harita ini mengakuisisi 99% saham PT Gane Tambang Sentosa, sebuah perusahaan tambang nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Akuisisi dengan nilai transaksi senilai Rp 7,9 miliar ini akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel menjadi 302 juta wet metrik ton (wmt).

"Sehingga menjadikan Harita Nickel sebagai perusahaan tambang nikel terbesar kelima di Indonesia berdasarkan sumber daya," terang Franssoka Y. Sumarwi, Sekretaris Perusahaan NCKL, Jumat (1/12).


Per akhir November 2023, NCKL memiliki estimasi cadangan bijih nikel sekitar 302 juta wmt. Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut pada 4 tambang yang dimiliki, yaitu PT Obi Anugerah Mineral, PT Jikodolong Mega Pertiwi, PT Karya Tambang Sentosa, dan PT Gane Tambang Sentosa, cadangan bijih nikel yang dibutuhkan oleh anak usaha NCKL akan meningkat.

Baca Juga: Naik 23,8%, Harita Nickel (NCKL) Kantongi Laba Rp 4,64 Triliun hingga Kuartal III

Pada saat bersamaan, NCKL juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa dari semula 70% menjadi 99%. Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel, akuisisi senilai Rp 48,8 miliar ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap NCKL.

Kendati banyak melakukan ekspansi, tapi performa saham NCKL hampir tak kemana-mana, bahkan belum berdaya untuk sekadar kembali ke posisi harga perdana.

Selain soal kabar akuisisi, setidaknya ada dua sentimen positif lain yang sejatinya bisa memompa saham NCKL. Salah satunya adalah masuknya NCKL dalam FTSE Global Equity Index yang akan efektif pada 18 Desember 2023.

 
NCKL Chart by TradingView

Baca Juga: Cermati Saham yang Banyak Dijual Asing di Tengah Kenaikan IHSG pada Jumat (24/11)

Kabar positif lain, rilis laporan keuangan NCKL yang masih biru. Pendapatan NCKL melambung 135,12% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 17,30 triliun. Lalu, laba bersih NCKL tumbuh 23,84% secara tahunan menjadi Rp 4,46 triliun.

Meski diwarnai sederet kabar gembira, harga saham NCKL kemarin cuma naik 3,94%, ke Rp 1.055, masih berada di bawah harga IPO Rp 1.250 per saham.

Pengamat Pasar Saham, Teguh Hidayat menilai, ada beberapa alasan saham NCKL tak bergerak ke mana-mana. Salah satunya, valuasi harga saham NCKL saat ini masih terbilang 'tanggung'. Artinya, tidak terlalu mahal namun juga tak bisa dibilang murah.

Sebab, pada saat bersamaan, ada emiten sejenis yang secara valuasi lebih murah ketimbang NCKL. Contohnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan price to book value (PBV) 1,15 kali dan price to earning ratio (PER) di level 9,77 kali. Sementara saham NCKL diperdagangkan dengan PBV 2,96 kali dan PER 11,2 kali.

"Pada saat IPO, valuasi harga saham NCKL juga tidak murah. Waktu itu PBV-nya 3 atau 4 kali dengan PER 15 kali," tukas Teguh kepada KONTAN, Jumat (1/12).

Baca Juga: Laba Bersih Harita Nickel (NCKL) Naik 23,8% hingga Kuartal III 2023

Faktor lain, sampai saat ini pengendali NCKL, yakni Grup Harita tidak menunjukkan mereka memiliki kepentingan mengerek harga saham NCKL. Emiten tersebut sudah meraup dana besar lewat IPO pada April 2023 lalu. Nilainya mencapai Rp 10 triliun.

Fundamental NCKL juga bagus dan memiliki kemampuan mencetak laba bersih. Dus, tanpa perlu mengutak-atik harga sahamnya, pemegang saham sudah bisa beroleh keuntungan, misalnya dari dividen.

Tapi, masih ada harapan bagi saham NCKL untuk bergerak naik. Ketika kinerja terus tumbuh, ekuitasnya akan menebal karena ada tambahan dari saldo laba.

Ketika harga sahamnya masih cenderung stagnan, otomatis valuasinya akan turun dan lebih murah dari sebelumnya. Pada saat itulah saham NCKL akan lebih menarik di mata investor. "Tapi ini pun butuh waktu yang tidak sebentar. Bisa dua-tiga tahun dari sekarang," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli