JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton (Wika Beton) telah menyelesaikan penawaran umum saham perdana sejak kemarin (2/4). Dari penawaran umum tersebut, saham Wika Beton diklaim terserap 100% bahkan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribe.Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas sebagai salah satu penjamin emisi efek mengatakan, saham Wika Beton kebanyakan diserap oleh investor institusi domestik. Namun, ia belum bisa menyebutkan berapa total kelebihan permintaan dalam penawaran tersebut, lantaran datanya masih berada di Biro Administrasi Efek."Ada yang kami berikan fix allotment, diutamakan para investor dengan resiko rendah. Terjadi oversubscribe, namun belum bisa disebutkan nilainya," ujar Marciano ke KONTAN, Kamis (3/4).Dia bilang, dalam proses penawaran itu, sebagian saham juga diserap oleh beberapa investor luar negeri, seperti Kuala Lumpur, Singapura dan Hong Kong. "Tetapi peminatnya tentu kebanyakan lokal," kata dia.Sekedar mengingatkan, perusahaan industri beton pracetak ini melepas 2,04 miliar lembar saham atau 23,47% dari modal disetor dan ditempatkan. Sahamnya dibanderol di harga Rp 590 per lembar. Dus, dana perolehan hasil IPO mencapai Rp 1,2 triliun.Rencananya, 85% atau Rp 1,02 triliun akan dimanfaatkan untuk pembangunan pabrik beton pracetak di Lampung, Cilegon dan Makassar. Selain itu, dana IPO juga akan digunakan untuk peningkatan kapasitas terpasang di pabrik-pabrik Wika Beton, investasi di penambangan material alam sebagai salah satu bahan baku beton pracetak, dan juga investasi alat instalasi produk beton pracetak.Kemudian, 15% sisanya atau Rp 180,45 miliar akan digunakan untuk penambahan modal kerja. "Apakah nanti akan ada pendanaan tambahan selain dari IPO, akan kita lihat lagi," tambah Entus Asnawi, Direktur Keuangan Wika Beton. Wika Beton telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 26 Maret 2014. Saham Wika Beton akan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 April mendatang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Saham Wika Beton digandrungi investor lokal
JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton (Wika Beton) telah menyelesaikan penawaran umum saham perdana sejak kemarin (2/4). Dari penawaran umum tersebut, saham Wika Beton diklaim terserap 100% bahkan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribe.Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas sebagai salah satu penjamin emisi efek mengatakan, saham Wika Beton kebanyakan diserap oleh investor institusi domestik. Namun, ia belum bisa menyebutkan berapa total kelebihan permintaan dalam penawaran tersebut, lantaran datanya masih berada di Biro Administrasi Efek."Ada yang kami berikan fix allotment, diutamakan para investor dengan resiko rendah. Terjadi oversubscribe, namun belum bisa disebutkan nilainya," ujar Marciano ke KONTAN, Kamis (3/4).Dia bilang, dalam proses penawaran itu, sebagian saham juga diserap oleh beberapa investor luar negeri, seperti Kuala Lumpur, Singapura dan Hong Kong. "Tetapi peminatnya tentu kebanyakan lokal," kata dia.Sekedar mengingatkan, perusahaan industri beton pracetak ini melepas 2,04 miliar lembar saham atau 23,47% dari modal disetor dan ditempatkan. Sahamnya dibanderol di harga Rp 590 per lembar. Dus, dana perolehan hasil IPO mencapai Rp 1,2 triliun.Rencananya, 85% atau Rp 1,02 triliun akan dimanfaatkan untuk pembangunan pabrik beton pracetak di Lampung, Cilegon dan Makassar. Selain itu, dana IPO juga akan digunakan untuk peningkatan kapasitas terpasang di pabrik-pabrik Wika Beton, investasi di penambangan material alam sebagai salah satu bahan baku beton pracetak, dan juga investasi alat instalasi produk beton pracetak.Kemudian, 15% sisanya atau Rp 180,45 miliar akan digunakan untuk penambahan modal kerja. "Apakah nanti akan ada pendanaan tambahan selain dari IPO, akan kita lihat lagi," tambah Entus Asnawi, Direktur Keuangan Wika Beton. Wika Beton telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 26 Maret 2014. Saham Wika Beton akan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 April mendatang.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News