KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) bergerak atraktif. Di tahun ini GIAA kembali berencana melakukan kerjasama operasi (KSO), dengan menggandeng AirAsia Indonesia (CMPP). Analis memproyeksikan KSO bisa membawa sentimen positif pada fundamental dan harga saham GIAA. Di November 2015, GIAA melalui anak usaha PT Citilink Indonesia, merealisasikan KSO dengan Sriwijaya Group. Dengan begitu, pengelolaan operasional maskapai Sriwijaya dan NAM Air berpindah ke GIAA. Kini, GIAA sedang dalam proses untuk merelisasikan KSO dengan CMPP. Fahressi Fahalmesta Analis Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan KSO dengan CMPP berdampak positif pada GIAA dalam mengembangkan segmen internasional. Fahressi mencatat CMPP merupakan maskapai penerbangan yang memiliki pangsa pasar kedua terbesar untuk penerbangan internasional. Berdasarkan data di 2017 pangsa pasar CMPP sebesar 26% dari total penumpang internasional baik
inbound maupun
outbound.
Sementara, GIAA mendominasi penerbangan internasional melalui full service carrier (FSC) dengan pangsa pasar 39%. "Dengan lebih dari 60% pangsa pasar internasional di bawah kendali GIAA, saya percaya jika KSO dengan CMPP terwujud ini bisa berpotensi mengurangi persaingan serta tekanan harga dan bermanfaat ke pendapatan GIAA," kata Fahressi, dalam riset (28/12). Senada, Lee Young Jun Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan rencana KSO dengan CMPP bisa bepengaruh positif bila hal tersebut bisa direalisasikan. Salah satu dampak positifnya adalah GIAA bisa memperkuat kenaikan tarif penerbangan lokal maupaun internasional. Sekedar informasi GIAA dan CMPP mengendalikan lebih dari 50% pangsa pasar perjalanan internasional. GIAA pun berpotensi menaikkan tarif maskapainya karena memiliki pangsa pasar yang besar.Lee juga mencatat baru-baru ini pangsa pasar GIAA tumbuh lebih dari 30%. "Meski tarif rata-rata naik, kami berharap tarif maskapai bisa naik lebih lanjut dan pasar bisa beradaptasi dengan kenaikan tersebut, mengingat pangsa pasar GIAA yang besar, kata Lee dalam riset, Senin (7/1). Lee melihat kemungkinan KSO dengan CMPP memang direspon positif oleh pelaku pasar. Tak heran bila satu bulan terakhir harga saham GIAA naik 37% ke Rp 310 per saham. Namun, Lee berpandangan sentimen KPO dengan CMPP terlalu dini untuk dinilai karena proses diskusi kerjama masih berlangsung. Di tengah KPO dengan CMPP yang belum pasti, William Surya Wijaya, Vice President Research Department PT Indosurya memproyeksikan prospek kinerja GIAA bisa lebih baik seiring dengan berbagai pengembangan dan perbaikan layanan yang dilakukan. Saat ini, William menilai positif langkah GIAA yang fokus meningkatkan pelayanan. Dengan begitu, GIAA bisa unggul memangkan hati penumpang di tengah persaingan yang ketat di industri penerbangan. Lee menambahkan, di awal tahun ini, GIAA akan melengkapi layanan penerbangan dengan jaringan wifi gratis dan layanan gratis untuk pemegang kartu platinum. Selain itu, GIAA memiliki strategi bisnis baru, yaitu kargo dan memperluas kemitraan dengan perusahaan lain. Diharapkan, langkah ini bisa meningkatkan jumlah penumpang dan muatan. Tak lupa GIAA juga fokus pada peningkatan efisiesi untuk mencetak laba. Fahressi memproyeksikan segmen kargo bisa berkontribusi menumbuhkan dua digit pada pendapatan di tahun ini. Melihat kinerja perusahaan yang belum mencatatkan keuntungan, William merekomendasikan hold. "Sambil dilihat apakah ada perkembangan bagus yang cukup menjanjikan di masa mendatang, untuk jangka panjang harusnya oke," kata William, kepada Kontan, Senin (7/1). Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2018 pendapatan GIAA tumbuh 3,48% secara year on year ke Rp 3,2 triliun. Sementara, GIAA masih catatkan rugi sebesar Rp 114 miliar.
Sementara, Fahressi optimis penumpang akan beralih ke GIAA karena kesadaran akan layanan yang lebih aman dan memiliki kualitas lebih dibandingkan pesaingnya. Masalah harga, Fahressi memproyeksikan kompetisi yang lebih sehat akan mulai berlangsung di tahun depan dan akan terefleksi pada margin perusahaan yang lebih kuat. Strategi yang dilakukan GIAA di tahun ini akan mulai terasa dan Fahressi memproyeksikan pendapatan GIAA di akhir tahun ini bisa tumbuh mencapai Rp 4,8 triliun dan laba bersih tumbuh mencapai Rp 24 miliar. Fahressi merekomendasikan beli di target harga Rp 310 per saham. Dengan adanya kenaikan tarif, tumbuhnya jumlah penumpang, dan harga minyak yang masih rendah, senada, Lee merekomendasikan beli di target harga Rp 352 per saham. Sementara, Akhmad Nurcahyadi Analis Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan sell di target harga Rp 176 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli