SAIP Tunda Bayar Bunga hingga Akhir Tahun



JAKARTA. PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk (SAIP) kembali harus melakukan restrukturisasi utangnya. Produsen bubur kertas dan kertas ini menunda pembayaran kewajibannya hingga Desember 2010 lantaran arus kas mereka seret.


Sinduchahjana Sulistyo, Direktur SAIP, mengatakan, harga kertas merosot hingga 40% dalam beberapa bulan terakhir. Di saat bersamaan, permintaan konsumen juga melorot. Kondisi ini menyulitkan SAIP membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. "Berkaitan dengan hal itu, kami ingin mengajukan penjadwalan kembali pembayaran bunga kepada kreditur," katanya dalam surat penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.

Ada beberapa jenis utang yang akan direstrukturisasi oleh SAIP. Salah satu di antaranya adalah penundaan pembayaran bunga pinjaman berjangka (Tranche A) senilai total US$ 4 juta. Seharusnya bunga utang ini mereka bayar tanggal 28 Desember 2009. Nah, kini, SAIP mengajukan penundaan pembayaran hingga 28 Desember tahun ini.

Tranche A memiliki nilai pokok pinjaman sebesar US$ 40 juta. Suku bunga yang dipatok atas pinjaman ini mencapai 2% di atas suku bunga antarbank Singapura atau Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) untuk tahun pertama hingga keempat dari tanggal pemberian pinjaman pada tahun 2007. Sementara pada tahun kelima hingga delapan, suku bunganya naik menjadi SIBOR plus 3%. Penjadwalan utang ini telah mendapat persetujuan dari beberapa kreditur SAIP. Mereka adalah ZT Holding Pte Ltd, Orientalsky Corporation Pte Ltd, dan Asia Capital Management Group Ltd.

Analis Universal Broker Indonesia Securities Andri Zakarias Siregar mengatakan, pulihnya harga kertas di tahun ini seharusnya bisa membuat SAIP melaksanakan kewajibannya. Salah satunya, membayar bunga utangnya. "Harga kertas kini sedang naik sejak pertengahan 2009, menjadi US$ 850 per ton," katanya, kemarin.

Hingga akhir September tahun lalu, laba bersih SAIP mencapai Rp 253,32 miliar. Pada periode yang sama tahun 2008, mereka justru menderita rugi bersih sebesar Rp 56,71 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test