KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan ketatnya persaingan dan pesatnya perkembangan teknologi, bisnis uang elektronik perbankan mulai tergerus. Sebabnya, saat ini mayoritas perbankan masih mengandalkan uang elektronik chip based atau berbasis kartu. Sementara secara industri, perkembangan uang elektronik berbasis server tumbuh sangat cepat. Baca Juga: Belum capai target, Sarimelati Kencana (PZZA) genjot pembukaan gerai baru
Disrupsi ini pun mulai nampak, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan per September 2019 total dana floating (saldo) uang elektronik perbankan mengalami penurunan sebesar 8,9% secara year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 2,3 triliun. Padahal pada periode bulan Agustus 2019, saldo uang elektronik yang diterbitkan perbankan masih tetap mengalami peningkatan kendati tipis sebesar 2,4% secara yoy. Hal ini menunjukkan dalam kurun waktu satu bulan atau month on month (mom) dana floating uang elektronik perbankan turun sebesar Rp 200 miliar. Kendati demikian, salah satu bank pemain uang elektronik terbesar di Tanah Air yakni PT Bank Mandiri Tbk menyatakan pihaknya masih mencatatkan kenaikan dari segi saldo.