Saling Kirim Setrum Ketika Beban Puncak



JAKARTA. Sekitar dua tahun lagi jaringan kabel listrik Sumatra-Malaysia akan terhubung. Pekan lalu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meresmikan kerjasama dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB), perusahaan listrik negara Malaysia, membangun interkoneksi jaringan listrik lewat kabel bawah laut.

Meski kelak jaringan listrik Sumatra-Malaysia tersambung, PLN tidak bergantung pada listrik dari TNB, dan sebaliknya TNB pun tak akan membebani kapasitas listrik PLN. "Hanya saling menukar listrik saat beban puncak," ujar Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Bambang Praptono, kemarin (27/10).

Bambang mengungkapkan, total kapasitas interkoneksi listrik Sumatra-Malaysia itu akan mencapai 600 Megawatt (MW). "Kami akan mengirimkan 300 MW kepada Malaysia, begitu juga sebaliknya Malaysia mengirimkan listrik sebesar 300 MW," kata dia.


Menurut Bambang, waktu beban puncak Indonesia berbeda dengan Malaysia sehingga kerjasama ini tak akan mengganggu kapasitas penyediaan listrik di kedua negara. "Di Indonesia, beban puncak terjadi di malam hari sehingga kita bisa mengirim listrik di siang hari. Di Malaysia sebaliknya," tutur Bambang.

Ia memperkirakan, nilai investasi pembangunan jaringan Sumatra-Malaysia ini akan mencapai US$ 300 juta. Soalnya, jaringan interkoneksi yang akan dibangun lumayan panjang, sekitar 100 kilometer - 200 kilometer. "Kami masih merancang rutenya, yang pasti sebagian besar akan lewat laut. Di Sumatra, pangkalnya di Pekan Baru," imbuh Bambang lagi.

Direktur Utama PLN, Fahmi Mochtar menambahkan, kerjasama tersebut akan menguntungkan perusahaan yang ia pimpin. Soalnya, PLN tidak perlu melakukan investasi yang besar hanya untuk menambahkan pasokan listrik kala beban puncak. Nilai investasi yang tidak terlalu mahal bisa meringankan beban pokok produksi.

Oleh sebab itu, PLN juga menjalin kerjasama serupa dengan TNB untuk merentangkan kabel listrik yang menghubungkan Kalimantan-Serawak. Kapasitas tukar menukar listrik di jaringan ini antara 200 MW hingga 300 MW. "Investasinya mencapai US$ 100 juta," ujar Fahmi.

Itu berarti total investasi yang harus dikucurkan PLN dalam kerjasama ini US$ 400 juta. Dibandingkan dengan pendanaan yang harus dipikul oleh PLN dalam Megaproyek 10.000 MW tahap kedua yang mencapai US$ 8 miliar hingga US$ 10 miliar, nilai investasi ini memang lebih kecil.

Menurut Bambang, ada beberapa lembaga kredit tertarik membiayai proyek ini, antara lain Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Ia mengharapkan, urusan pendanaan bisa selesai pada 2012. "Proyek ini bisa dimulai tahun itu juga," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan