Salip Apple, Kapitalisasi Pasar Nvidia Tembus US$ 3 Triliun



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Nvidia Corp sudah menjadi perusahaan semikonduktor paling diperhitungkan dan kapitalisasi pasarnya sudah melampaui Apple dengan nama besarnya di pasar. Sekarang, Nvidia menjadi perusahaan chip komputer pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$ 3 triliun.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (6/6), saham perusahaan yang berbasis di Santa Clara, California, itu telah melejit 147% tahun ini, menambah sekitar US$ 1,8 triliun kapitalisasi pasar. Lonjakan harga saham Nvidia karena permintaan chip yang digunakan untuk tugas kecerdasan buatan (AI) meningkat pesat.

Rabu (5/6), harga saham Nvidia naik 5,2% dan ditutup pada rekor US$ 1.224,40 per saham, mendorong nilai pasar Nvidia tembus US$ 3 triliun dan menyalip market cap Apple Inc.


Terakhir kali Nvidia menyalip market cap Apple adalah pada tahun 2002, lima tahun sebelum iPhone pertama dirilis. Saat itu, kedua perusahaan tersebut bernilai pasar kurang dari US$ 10 miliar.

Baca Juga: Kekayaan Jensen Huang Capai US$ 100 Miliar Saat Market Cap Nvidia Mendekati Apple

Chief Executive Officer Nvidia Jensen Huang mengatakan mereka berencana meningkatkan akselerator AI setiap tahun. Kenaikan saham pada hari Rabu meningkatkan kekayaan Jensen Huang  lebih dari US$$ 5 miliar menjadi US$ 107,4 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.

Kebangkitan AI generatif adalah revolusi industri baru dan Nvidia berharap memainkan peran besar ketika teknologi ini beralih ke komputer pribadi, kata Huang kepada hadirin pada pidato utama di National Taiwan University.

“Kami melihat perubahan besar ini masih dalam tahap awal,” kata Angelo Zino, analis ekuitas senior di CFRA Research kepada Bloomberg.

Nvidia mungkin menjadi penerima manfaat terbesar dari gelombang besar pengeluaran AI. Pembuat chip ini masih tertinggal dari Microsoft Corp. dalam hal nilai pasar, tetapi dengan saham yang terus naik, Wall Street melihatnya hanya sebagai masalah waktu sebelum Nvidia menyalip Microsoft.

Sementara Apple mengalami kesulitan tahun ini tertekan kekhawatiran atas menurunnya permintaan iPhone di China dan denda dari Uni Eropa.

Editor: Khomarul Hidayat