KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham dalam indeks Kompas100 mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, ada dua saham KOMPAS100 yang harganya hampir menyentuh level 50. Pertama, ada saham PT PP Properti Tbk (
PPRO) yang saat ini harganya dibanderol Rp 52 per saham. Dari awal tahun, harga saham PPRO sudah melemah hingga 23,53%. Kedua, ada saham PT Sentul City Tbk (
BKSL) yang mengalami koreksi sebesar 38,82% ytd. Pada penutupan perdagangan Jumat (14/2), saham BKSL turun 1,89% ke level Rp 52. Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, penurunan harga saham
PPRO dan
BKSL ini sejalan dengan kinerja keuangan kedua emiten tersebut yang berada dalam tren penurunan.
Baca Juga: Harga saham turun 38,82% sejak awal tahun, ini kata Sentul City (BKSL) Terlebih untuk PPRO, saham PPRO merupakan salah satu yang terdaftar dalam portofolio investasi PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asabri. Sehingga, hal ini membuat tekanan jual terhadap saham PPRO meningkat. “Para pelaku pasar khawatir dan terjadi
panic selling,” ungkap Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2). Sukarno melihat, bisnis properti yang dijalankan oleh kedua emiten ini masih berjalan dengan baik dan investor tak perlu khawatir. “Hanya saja memang kondisi sekarang ini belum memungkinkan. Daya beli masih lesu, sehingga permintaan di bisnis ini juga belum begitu maksimal,” tambah dia. Sukarno memproyeksi, prospek bisnis
BKSL dan
PPRO memiliki peluang untuk tumbuh lantaran tren suku bunga yang melandai dan potensi pemerintah bakal memangkas kembali suku bunga acuan. Menurut dia, hal ini akan menjadi sentimen positif untuk sektor properti apabila suku bunga acuan kembali diturunkan. Sukarno merekomendasikan investor untuk
wait and see lebih dulu saham PPRO dan BKSL lantaran tekanan jual masih meningkat.
Baca Juga: Harga Saham Big Cap Rontok, Peluang Memancing Cuan atau Menangkap Pisau Jatuh? Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menambahkan, penurunan saham PPRO dan BKSL disebabkan oleh kebijakan-kebijakan di sektor properti seperti pelonggaran
loan to value (LTV) yang belum mampu mengangkat
marketing sales. Hal ini, sambungnya, karena suku bunga KPR maish relatif tinggi. Sementara dari segi bisnis, Yaki berpendapat, kedua perusahaan itu memiliki nilai aset yang cukup besar. Misalnya saja, BKSL yang mempunyai
landbank terbilang besar dan juga PPRO yang lebih fokus ke
high rise untuk
low segment. Dengan begitu, dia bilang, keduanya memiliki prospek yang baik. Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh BKSL dan PPRO untuk menggenjot kinerja yaitu dengan meluncurkan produk baru. Dengan adanya penurunan suku bunga dan pelonggaran LTV, kedua kebijakan ini berpotensi meningkatkan
marketing sales BKSL dan
PPRO.
Baca Juga: PP Properti (PPRO) jualan apartemen lewat Tokopedia Selain itu, beberapa projek infrastruktur seperti adanya LRT juga dapat membantu mendongkrak
marketing sales mereka. “Saat ini harga keduanya sudah sangat murah, secara
price to earning ratio (PER) dan
price to book value (PBV) sudah di bawah rata-rata PBV dan PER selama 5 tahun terakhir,” kata Yaki. Yaki menyarankan investor untuk
buy saham
BKSL dengan target harga dalam jangka pendek sebesar Rp 59 dan beli saham
PPRO dengan target jangka pendek Rp 64. Sementara untuk jangka panjang, dia merekomendasikan investor untuk
buy saham
BKSL dengan target harga Rp 93, dan beli saham
PPRO dengan target harga Rp 91. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati