Sambut BPJS, Askes rancang materi peraturan pelaksanaan



JAKARTA. Di 2012 mendatang, PT Asuransi Kesehatan (Persero) tidak bisa berleha-leha. Pasalnya, selain harus meningkatkan kinerja perseroan sebagai salah satu perusahaan pelat merah, Askes juga harus mempersiapkan diri merancang materi peraturan pelaksanaan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang kesehatan. Malah, Direktur Utama Askes I Gede Subawa mengungkapkan, Askes berkomitmen untuk menyelesaikan rancangan materi tersebut sebelum November 2012. "Nanti, perseroan yang menyiapkan materinya, pemerintah yang buat regulasinya. Diharapkan, tahun berikutnya, yakni 2013 sudah bisa disosialisasikan," ujarnya ditemui KONTAN, akhir pekan lalu. Maklumlah, kata Subawa, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS mengamanatkan Askes untuk menjalankan program jaminan kesehatan nasional pada 2014. Nantinya, perseroan tidak lagi mengoperasikan program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Sehingga, perseroan tidak lagi berorientasi pada perolehan untung. Tidak hanya itu, Askes bahkan tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pengalihan aset dan liabilitas, termasuk dalam memenuhi kewajiban dan hak para pegawainya ke BPJS bidang kesehatan. Dengan demikian, perseroan tidak akan meninggalkan pekerjaan rumah ketika berganti bentuk dari perusahaan BUMN menjadi salah satu badan publik. Lebih lanjut Subawa menjelaskan, perseroannya telah melakukan sejumlah pembenahan sistem, pengelolaan keuangan dan penyediaan layanan kesehatan. Rencananya, perseroan bakal menambah titik layanan kesehatan yang saat ini tercatat sekitar 800 unit. "Perseroan juga berencana meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang handal," imbuh dia. Asal tahu saja, seperti disampaikan Direktur Keuangan Askes Purnawarman Basundoro, perseroan mencatatpertumbuhan pendapatan premi berkisar 15%, yakni dari Rp 6,3 triliun per November 2010 menjadi Rp 7,3 triliun pada periode yang sama tahun ini. "Dengan jumlah peserta PNS/TNI/Polri mencapai 16,5 juta orang," terang dia. Dari sisi investasi, pada periode yang sama, perseroan membukukan dana investasi sebesar Rp 10,7 triliun. Angka ini melejit 21,59% jika dibandingkan November tahun lalu yang sebesar Rp 8,8 triliun. Sementara, aset yang dikantongi perseroan mencapai Rp 12,4 triliun atau meningkat 17,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 10,6 triliun. Sayang, kinerja yang kinclong tersebut tidak didukung dengan iklim investasi yang cerah. Tak heran, laba perseroan melorot hingga 20% menjadi Rp 1,31 triliun. "Walhasil, menggerogoti untung perseroan sebanyak 31,71% menjadi hanya sekitar Rp 659 miliar apabila dibandingkan November 2010 lalu yang sebesar Rp 868 miliar," kata Purnawarman. Sampai saat ini, perseroan mempercayakan pengelolaan dananya sebanyak 75%-80% pada instrumen berisiko rendah, yaitu pendapatan tetap, seperti deposito (60%) dan obligasi (40%). Sedangkan, sisanya 25%-30% ditempatkan di keranjang equity, seperti saham (20%) dan reksadana (80%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: