KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Paus Fransiskus mengajak seluruh umat Katolik di dunia untuk menjadi misionaris harapan melalui doa dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ajakan ini disampaikan dalam pesan Paus untuk Hari Misi Sedunia 2025 yang dirilis pada Kamis (6/2), dengan tema "Misionaris Harapan di Antara Semua Orang." Dalam pesannya, Paus Fransiskus menegaskan bahwa setiap umat Katolik, baik anak-anak, kaum muda, orang dewasa, maupun lansia, harus secara aktif terlibat dalam misi penginjilan Gereja.
Baca Juga: Paus Fransiskus akan Pimpin Misa Agung di GBK, Dihadiri 86.000 Umat Katolik Partisipasi ini dapat diwujudkan melalui kesaksian hidup, doa, pengorbanan, serta sikap murah hati dalam melayani sesama. Paus menekankan pentingnya pengembangan iman yang dewasa kepada Kristus sebagai dasar dalam membawa harapan kepada dunia. Iman ini, menurutnya, harus dipupuk melalui doa, karena para misionaris harapan adalah pria dan wanita pendoa. Mengutip Kardinal François-Xavier Van Thuan, Paus mengingatkan bahwa "orang yang berharap adalah orang yang berdoa" dan menegaskan bahwa doa merupakan kegiatan misionaris yang utama. Baca Juga: Profil Paus Fransiskus, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik yang Hidup Sederhana Lebih lanjut, Paus menyebutkan bahwa Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya berperan penting dalam memberikan kekuatan spiritual bagi umat Katolik. Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka diharapkan mampu bekerja dengan ketekunan dan kesabaran dalam tugas penginjilan di seluruh dunia. “Dalam mengikuti Kristus, umat Katolik dipanggil untuk mewartakan kabar baik dengan berbagi kehidupan nyata bersama orang-orang yang mereka temui. Dengan demikian, mereka menjadi pembawa dan pembangun harapan,” ujar Paus. Paus juga mengutip dokumen Gereja Gaudium et Spes, menegaskan bahwa “sukacita dan harapan, kesedihan dan penderitaan orang-orang di zaman ini, terutama mereka yang miskin dan menderita, adalah bagian dari sukacita dan harapan umat beriman.” Dalam konteks global, Paus menyoroti tantangan yang dihadapi masyarakat modern, terutama di negara-negara maju. Ia menyesalkan bagaimana budaya materialisme, ambisi pribadi, dan individualisme telah menciptakan kesepian dan ketidakpedulian. Baca Juga: Ikut Misa Bersama Paus Fransiskus di GBK, Umat Wajib Memiliki Gelang Tiket