Sampah di pantai Kuta diolah jadi energi listrik



BALI. Siapa yang tak kenal Pantai Kuta jika berkunjung di Bali? Namun tahukah Anda apabila setiap bulan Februari dan Maret pantai yang menjadi tujuan destinasi para wisatawan tersebut akan penuh dengan sampah akibat angin barat. "Setiap Februari dan Maret ada sampah kiriman yang datang ke Pantai Kuta, namanya fenomena angin barat," kata Anak Agung Gde Gadung, Bupati Badung di Pantai Kuta Bali, Sabtu (15/12). Angin barat inilah yang membawa sampah-sampah kiriman masyarakat dari seberang pulau menuju pesisir Pantai Kuta. Namun, AA Gde Gadung tidak mengetahui dari pulau atau lokasi mana sampah kiriman tersebut berasal. Sampah-sampah yang umum dibawa oleh angin barat tersebut adalah sampah-sampah plastik seperti botol-botol minuman mineral dan sachet-sachet shampoo. Akan tetapi, sampah-sampah kayu pun sering ditemui dalam tumpukan sampah di pesisir pantai. "Mungkin mereka yang di seberang mandi di sungai terus mengalir ke laut kuta dibawa sama angin barat," terang AA Gde Gadung. Setiap harinya selama bulan Februari dan Maret tersebut pihak pemerintah Badung bisa mengangkut hingga puluhan truk yang berisikan sampah di sepanjang pesisir Pantai Kuta. Oleh sebab itu, Badung mempunyai tim yang bernama URC (Unit reaksi cepat) yang bertugas mengangkut sampah-sampah tersebut setiap harinya. "Kita mulai bekerja pukul enam pagi untuk mengangkut sampah-sampah tersebut, karena jam sembilan pagi Pantai Kuta sudah mulai penuh pengunjung," tandas Made Madra, Kadis Kelautan dan Perikanan Badung. Adapun sampah-sampah tersebut akan dibawa ke Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu Sarbagita. Sarbagita adalah singkatan nama dari empat kabupaten di Bali yakni Denpasar Badung Gianyar Tabanan. Di dalam instalasi pengolahan itu sampah-sampah tersebut akan diolah menjadi bahan baku energi listrik, yang akan masuk ke jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie