Sampah Semakin Menggunung, Harus Ada Kerjasama Pemerintah, Swasta dan Masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021 mencatat, volume sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta. Pada tahun 2022 naik menjadii 70 juta ton.  Peningkatan timbulan sampah ini terus terjadi seiring meningkatnya pendapatan rata-rata per kapita Indonesia selama beberapa tahun terakhir. 

Analis Kebijakan Ahli Pertama, Kedeputian Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Maritim dan Investasi, Makna Fathana Sabila menjelaskan bagaimana upaya Pemerintah Indonesia dalam menangani isu sampah tersebut.

Menurut Makna, sejak 2008 silam sudah dibuat undang-undang untuk mengurangi timbunan sampa. Kemudian ada undang-undang terbaru, yaitu Peraturan Menteri LHK Nomor 75 terkait roadmap pengurangan sampah oleh produsen. Pemerintah juga telah mengajak para pelaku usaha, terutama produsen untuk mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dalam menangani pengurangan timbunan sampah.


“Terkait private sector, kami juga membutuhkan dukungan mereka, karena mereka juga dapat membantu dalam mengelola sampah. Kita menyebutnya pentahelix kolaborasi dari stakeholder,” ujar Makna, dalam sebuah webinar, Selasa (25/6). 

Ketua KSM Sahabat Lingkungan Hendro Wibowo  turut mengungkapkan perspektifnya. Sejak 2019, KSM Sahabat Lingkungan secara aktif telah mengajak warga di lingkungan Sukaluyu di Karawang, Jawa Barat  ikut mengelola sampah di pengolahan sampah organik di Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Baraya Runtah.

Baca Juga: BNI Perkuat Literasi dan Inklusi Keuangan Para Pengelola Sampah

“Pada masa pandemi lalu, timbunan sampah sangat luar biasa. KSM Sahabat Lingkungan mulai melakukan dua hal yaitu penanganan dan pengurangan sampah. Pada fasilitas TPS3R Baraya Runtah, kami melayani 4.000 rumah tangga yang menghasilkan sampah dan kami kelola secara terpadu,” ujar Hendro.

KSM Sahabat Lingkungan melakukan pendekatan 4E untuk mengajak rumah tangga agar mau mengelola sampah yang dihasilkan. Keempatnya yaitu ekonomi, ekologi, edukasi dan ekososial. Pada dasarnya, sampah identik dengan karakter manusia, jadi bagaimana mindset kita dalam memperlakukan sampah di rumah. "Pemilahan sampah sebenarnya tidak terkait dengan kaya dan miskin, tingkat pendidikan dan lain-lain tapi lebih pada karakter bagaimana cara kita memperlakukan sampah,”  jelas Hendro.

Sustainable Packaging Manager PT Nestlé Indonesia Faiza Anindita menyampaikan salah satu inisiatifnya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Karawang dan KSM Sahabat Linkungan sejak 2019 untuk membangun dan mengelola tempat TPS3R Baraya Runtah guna mengatasi persoalan sampah yang sudah menjadi isu seluruh dunia. Nestlé Indonesia meyakini, kerja sama para pemangku kepentingan dibutuhkan untuk menyelesaikan tantangan ini. 

Faiza menjelaskan bahwa sejak 2018 Nestlé secara global memiliki komitmen untuk memastikan bahwa 95% kemasan yang digunakan harus bisa didesain untuk didaur ulang atau diguna ulang. Selain itu, juga mengurangi satu per tiga dari penggunaan resin plastik baru di tahun 2025.

“Pengembangan kemasan saja tidak cukup mengatasi seluruh masalah sampah di dunia. Jadi, kami berkomitmen bisa berkontribusi atau mengembangkan infrastruktur pengelolaan sampah di negara-negara Nestlé di seluruh dunia dan mempromosikan gaya hidup yang bijak sampah,” kata Faiza

Menurutnya, terdapat perspektif negatif di masyarakat, ketika berbicara mengenai barang hasil daur ulang. Jadi perlu mengubah mindset tersebut, karena banyak sekali dan ada di keseharian kita. "Kresek yang dianggap tidak ada nilainya, ternyata nilai daur ulangnya tinggi sekali. Yang tak kalah penting ialah bagaimana peningkatan kolaborasi supaya pemanfaatan sampah-sampah dari hulu bisa dilakukan dengan baik,” ujar Faiza. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian