Sampai 2021, beban obligasi JSMR capai Rp 5,85 T



JAKARTA. Seiring banyaknya ekspansi yang dilakukan, maka beban utang obligasi dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk juga ikut membesar. Hingga tahun 2021 mendatang, emiten pelat merah itu memiliki utang obligasi senilai Rp 5,85 triliun.

Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, (13/1), utang obligasi JSMR yang jatuh tempo tahun ini adalah sebesar Rp 700 miliar. Sedangkan utang jatuh tempo tahun 2016 sebesar Rp 1,48 triliun akan jatuh tempo pada 2016.

Sedangkan utang yang jatuh tempo tahun 2017 adalah sebesar Rp 1,5 triliun, dan sebesar Rp 1,08 triliun jatuh tempo pada 2018. Sementara, untuk tahun 2020 dan 2021, jumlah utang obligasi yang jatuh tempo masing-masing Rp 1 triliun dan Rp 104,4 miliar.


Walaupun utang obligasi itu terbilang besar, tetapi JSMR tidak kesulitan melunasi utang-utangnya. Setidaknya, JSMR masih memiliki sisa hasil initial public offering (IPO) senilai Rp 1,42 triliun. Catatan saja, JSMR menggelar IPO pada 2007 silam.

Pada September 2013 lalu, JSMR menerbitkan emisi obligasi senilai Rp 2,1 triliun yang juga merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan JSMR senilai Rp 5,59 triliun. Artinya, JSMR masih memiliki hak untuk kembali menerbitkan emisi senilai Rp 3,49 triliun.

Namun, perlu diingat, menerbitkan obligasi artinya meningkatkan utang atau debt to equity ratio (DER) JSMR. Hal ini tentunya bisa membuat kinerja keuangan JSMR menjadi kurang apik karena beban keuangan yang meninggi.

Apalagi, level baru suku bunga acuan BI yang saat ini berada di posisi 7,5% membuat DER JSMR naik menjadi 2,25 kali, dari posisi saat ini sebesar 1,8 kali.

Kondisi ini juga membuat kemampuan JSMR untuk membayar bunga atau interest coverage ratio (ICR) yang tahun depan diproyeksikan turun menjadi 3 kali dari sebelumnya 3,25 kali.

Sebagai gambaran, ICR sebesar 1 kali menunjukkan jika emiten yang bersangkutan memiliki kemampuan membayar bunga pinjaman menggunakan pendapatannya hanya sekali. Ini merupakan batas maksimum yang diperbolehkan. Jika ICR ada di bawah 1 kali, maka kesehatan keuangan sebuah perusahaan wajib dipertanyakan.

Kendati demikian, manajemen memastikan, jika kondisi makro dan jumlah utang obligasinya itu tidak akan berpengaruh signifikan bagi keuangan perusahaan. Soalnya, JSMR merupakan emiten yang memiliki arus kas keras.

Artinya, pendapatan JSMR tidak didominasi oleh piutang, melainkan uang pembayaran tol langsung masuk ke kantong perusahaan.

Pada kesempatan sebelumnya, Reynaldi Hermansyah, Direktur Keuangan JSMR bilang, arus kas keras itu membuat pihak kreditur mentolerir adanya kenaikan DER JSMR. Bahkan, mereka juga masih nyaman jika DER kami sebesar 5 kali.

Terkait kelanjutan penerbitan emisi yang masih tersisa Rp 3,49 triliun, Reynaldi belum bisa memastikan kapan sebagian emisi itu bakal diterbitkan. "Masih kami kaji, ya. Tahun ini, kan tahun politik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri