JAKARTA. Kelesuan pasar otomotif sampai paruh pertama tahun ini cukup dirasakan oleh PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Meski penyaluran kredit mereka tetap merangkak naik, namun besarannya masih jauh dari harapan. Direktur MTF Harjanto Tjitodihardjo bilang hingga Semester I/2015 ini, pihaknya telah mencatatkan booking sebesar Rp 7,8 triliun. Sementara pada periode pertama tahun kemarin penyaluran kredit perseroan berada di angka Rp 7,1 triliun. Padahal sebelumnya pihaknya masih berharap pertumbuhan pembiayaan baru mereka bisa mencapai dua digit. "Jadi sampai Juni pertumbuhannya memang baru 9,3% secara year on year," kata dia, Selasa (14/7). Permintaan kendaraan bermotor terutama mobil di tahun ini memang diakuinya melambat. Menurunnya daya beli akibat perlambatan ekonomi dan harga komoditas yang masih rendah menjadi biang keladinya. Ia menambahkan meski nilai tukar Rupiah terhadap Dolar melemah, namun dampaknya dinilai kecil bagi penyaluran kredit perseroan. Padahal biasanya komponen impor dari kendaraan bermotor bakal mendongkrak kenaikan harga mobil saat mata uang Indonesia ini tertekan. Di sisi lain aksi pemberian diskon besar oleh kalangan diler membuat pergeseran pasar terus terjadi ke segmen dengan risiko kredit yang lebih besar. Namun ia menyebut pihaknya masih bisa menjaga kesehatan kredit mereka di tengah kondisi ekonomi yang melempem ini. "Rasio kredit macet masih di kisaran 1,2% sampai Juni," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sampai Juni Mandiri Tunas salurkan Rp 7,8 triliun
JAKARTA. Kelesuan pasar otomotif sampai paruh pertama tahun ini cukup dirasakan oleh PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Meski penyaluran kredit mereka tetap merangkak naik, namun besarannya masih jauh dari harapan. Direktur MTF Harjanto Tjitodihardjo bilang hingga Semester I/2015 ini, pihaknya telah mencatatkan booking sebesar Rp 7,8 triliun. Sementara pada periode pertama tahun kemarin penyaluran kredit perseroan berada di angka Rp 7,1 triliun. Padahal sebelumnya pihaknya masih berharap pertumbuhan pembiayaan baru mereka bisa mencapai dua digit. "Jadi sampai Juni pertumbuhannya memang baru 9,3% secara year on year," kata dia, Selasa (14/7). Permintaan kendaraan bermotor terutama mobil di tahun ini memang diakuinya melambat. Menurunnya daya beli akibat perlambatan ekonomi dan harga komoditas yang masih rendah menjadi biang keladinya. Ia menambahkan meski nilai tukar Rupiah terhadap Dolar melemah, namun dampaknya dinilai kecil bagi penyaluran kredit perseroan. Padahal biasanya komponen impor dari kendaraan bermotor bakal mendongkrak kenaikan harga mobil saat mata uang Indonesia ini tertekan. Di sisi lain aksi pemberian diskon besar oleh kalangan diler membuat pergeseran pasar terus terjadi ke segmen dengan risiko kredit yang lebih besar. Namun ia menyebut pihaknya masih bisa menjaga kesehatan kredit mereka di tengah kondisi ekonomi yang melempem ini. "Rasio kredit macet masih di kisaran 1,2% sampai Juni," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News