Sampai kapan IHSG tergerus?



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berada dibawah level psikologis. Tekanan besar dari berbagai sentimen, baik dari dalam maupun luar negeri membuat IHSG tersungkur dari level psikologis 5.000. Lantas, sampai kapan penurunan ini bakal berhenti?

"Penurunan dalam seperti ini baru akan berhenti saat harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dinaikkan," tandas Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe dalam risetnya, (10/10). 

Berita kenaikan harga BBM subsidi memang awalnya bakal menjadi sentimen buruk bagi IHSG. Tapi disisi lain, kenaikan harga BBM justru menjadi berita baik bagi investor asing. Sebab, dengan kenaikan harga BBM maka APBN akan sehat. Kemudian, dana untuk subsidi BBM bisa digunakan untuk membangun infrastruktur yang akan berakibat positif bagi perekonomian Indonesia pada umumnya. 


Karena dengan infrastruktur yang baik dan lancar, maka biaya produksi akan turun sehingga membuat produsen atau pabrik di Indonesia akan bisa menjual produknya dengan harga murah untuk menyaingi produk impor. Pada akhirnya, kondisi seperti ini bakal membuat perekonomian lebih stabil, dan merata, efeknya bisa dirasakan bagi seluruh golongan ekonomi.

Nah, sekarang pertanyaannya, jika IHSG sedang tertekan seperti ini, apa yang harus dilakukan? Kemanakah arah pergerakan IHSG?

"Jangan jauhi IHSG ketika sedang tertekan. Dalam pergerakannya, memang selalu ada penurunan dalam tren kenaikan IHSG. Bahkan, IHSG bisa menembus level 8.000 tiga atau lima tahun mendatang. Jangan kehilangan kesempatan ini," jelas Kiswoyo.

Analoginya seperti seorang anak yang sedang bermain dan berlari-lari di taman kemudian jatuh. Sayangnya, budaya kita selalu menganggap jika si anak ini terjatuh itu karena ulahnya sendiri yang pecicilan, nakal, dan susah diatur. Pada akhirnya, si ibu justru memarahi si anak.

Seharusnya, selama kegiatan anak tidak membahayakan, si ibu tidak perlu memarahinya, cukup menasihati, menghibur atau hal lainnya yang tidak membuat si anak menjadi tertekan. Sebab, ketika bermain dan terjembab, ini merupakan salah satu bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran bagi si anak. Biarlah si anak benar-benar menikmati dunianya. Sebaliknya, justru akan sangat aneh ketika seorang anak kecil di usianya hanya anteng, berdiam diri, tidak lincah.

"Apakah normal jika anak itu hanya diam saja sepanjang hari? Bukankah kediamannya justru merupakan tanda ada sesuatu yang salah di anak seusia itu?," tanya Kiswoyo.

Persis dengan IHSG. Penurunan IHSG sama halnya dengan peristiwa si anak yang terjatuh. Masih banyak para pemodal lokal yang memiliki karakter seperti si ibu tadi. Mereka beramai-rami kabur ketika IHSG anjlok.

Padahal, Penurunan IHSG sifatnya mutlak dan merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan naik IHSG. IHSG yang terus naik tanpa ada penurunan justru merupakan hal yang tidak sehat. IHSG yang terus naik tanpa adanya penurunan justru hanya meningkatkan resiko. Jadi, sama seperti proses pembelajaran si anak yang terjatuh, penurunan sama halnya dengan proses adaptasi IHSG untuk terus bertumbuh dan lebih sehat.

Lagipula, fundamental ekonomi Indonesia pada dasarnya juga sangat mendukung mengingat pertumbuhan ekonomi kita dimotori oleh konsumsi masyarakat. Saat ini sedang ramai tentang pemberitaan potensi pelemahan ekonomi lokal. Tapi, ditengah pemberitaan tersebut apakah gerai-gerai Starbucks menjadi sepi? Apakah gerai-gerai penjualan gadget menjadi sepi? Apakah masyarakat Indonesia berhenti melakukan kegiatan konsumsi?

Tidak. Konsumsi domestik bakal selalu menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Apalagi, pertumbuhan ekonomi indonesia lebih dari 50% -nya didukung oleh tingginya konsumsi masyarakat  yang bisa membuat ekonomi Indonesia stabil. 

China yang merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia saja saat ini sedang menggenjot konsumsi masyarakatnya. Amerika Serikat (AS) menjadi negara maju karena jumlah konsumsi masyarakatnya tiga kali jumlah konsumsi China. Padahal, jumlah penduduk AS secara keseluruhan tidak melebihi 20% dari penduduk China. 

"Bisa dibayangkan kenapa AS bisa berada di posisi pertama negara dengan PDB terbesar di dunia. "Jangan kehilangan kesempatan ini. Kami percaya IHSG akan menembus level 8.000 tiga atau lima tahun lagi," pungkas Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia