KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jarang terdengar, banyak yang mengira proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung berjalan di tempat. Padahal, hingga saat ini, proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) tersebut masih terus digeber. Apalagi setelah pinjaman pendanaan dari China Development Bank (CDB) cair secara bertahap sejak April 2018 lalu. Hingga saat ini, KCIC telah mendapatkan pencairan pinjaman sebesar US$ 810,4 juta yang diperoleh pada April, Agustus, dan Oktober 2018. Pada Desember mendatang, KCIC akan mendapatkan pencairan pinjaman yang keempat sekitar US$ 365 juta lagi. Pinjaman yang sudah diterima tersebut digunakan membayar kontraktor, konsultan, pembebasan lahan, dan lain-lain. Saat bertandang ke KONTAN, Chandra Dwiputra, Direktur Utama KCIC mengungkapkan, progres pembebasan lahan kereta cepat sepanjang 142,3 kilometer (km) tersebut sudah mencapai 80% dari total kebutuhan lahan atau sepanjang 113 km. Sisanya akan dikejar rampung pada akhir tahun ini.
"Adapun 20% yang belum bebas tersebut tersebar di banyak titik. Kebanyak yang bermasalah ini adalah fasilitas sosial (fasos)/fasilitas umum (fasum) seperti jalan, masjid dan lain-lain. Kami harus terlebih dahulu membangun penggantinya baru itu bisa dan itu sedang proses saat ini." kata Chandra, Selasa (30/10). Sementara untuk pembebasan lahan yang bersinggungan dengan kawasan industri di Karawang juga tengah dalam proses penyelesaian di pengadilan. Seperti diketahui, ada lima pabrik yang terkena dampak dari proyek kereta api cepat tersebut. Adapun total dana pembebasan lahan yang sudah digelontorkan KCIC dalam membebaskan lahan sudah mencapai Rp 4,5 triliun sampai sekarang. Seluruh pembebasan lahan untuk proyek kereta cepat tersebut merupakan beban KCIC dan sudah masuk dalam total nilai investasi proyek itu yakni US$ 6,071 miliar. Sedangkan progres konstruksinya saat ini masih kecil yakni 3,2% dan bahkan sampai akhir tahun KCIC hanya menargetkan konstruksi sampai 8% saja. Menurut Chandra, pihaknya ingin fokus membereskan lahan-lahan yang sudah mereka akuisisi tersebut sehingga saat sudah mulai kontruksi tidak ada gangguan lagi. KCIC baru akan menggeber pekerjaan konstruksi kereta cepat itu di 2019. KCIC menargetkan progres konstruksinya akan mencapai 60% pada akhir tahun depan. Sementara keseluruhan proyek ditargetkan akan beroperasi pada pertengahan 2021. Pekerjaan fisik yang dilakukan saat ini ada di 34 titik. Konstruksi terutama difokuskan pada titik-titik kritis seperti struktur, tunnel, jembatan, dan subgrade. Disebut titik kritis karena nantinya akan bersinggungan dengan fasilitas dan penunjang infastruktur yang sudah ada sebelumnya. Sebagian jalur kereta cepat ini akan dibangun di terowongan alias tunnel sepanjang 16,8 km. Nantinya, akan ada total 13 tunnel yang akan dibangun yang sebagian besar ada di wilayah Purwakarta dan satu terletak di wilayah Halim karena disana sudah ada proyek LRT dengan panjang 1,4 km. Tunnel terpanjang nanti akan mencapai 4,47 km di wilayah Walini. Selain melewati terowongan, sepanjang 82,6 km lintasan kereta cepat ini akan dibuat melayang atau elevated. Lalu 19,2 km akan membelah bukit dan 23,58 km berupa embankment atau pematang. Proyek ini dibangun oleh konsorsium tujuh perusahaan dengan nilai kontrak US$ 4,07 miliar dimana hanya satu kontraktor yang berasal dari Indonesia yakni PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan porsi 30%. Selebihnya adalah perusahaan China. Dengan porsi lokal tersebut maka minimal 30% material proyek tersebut menggunakan produk WIKA. Bangun TOD dengan nilai Rp 362 triliun Disamping membangun infrastruktur kereta cepat tersebut, KCIC juga akan mengembangkan kawasan transit oriented development (TOD) di empat titik stasiun proyek kereta cepat tersebut yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Kawasan TOD tersebut ditargetkan akan menjadi kota-kota baru yang didalamnya akan dibangun kawasan bisnis berkelas internanasional, MICE, medical district, pusat riset dan pengembangan, kawasan pendidikan, dan lain-lain. Total lahan yang akan dikembangkan menjadi TOD sekitar 1.800 hektare (ha). Rinciannya, 250 ha di Karawang, 1.278 ha di Walini, di Halim 18,6 ha dan sisanya di Tegalluar.
Menurut Vianda M Mangan, GM Project Development KCIC, total nilai valuasi keempat kawasan TOD tersebut akan mencapai Rp 362 triliun. Sementara kalkulasi laba yang akan diperoleh dari pengembangan kota-kota baru tersebut akan mencapai sekitar Rp 95 triliun- Rp 100 triliun. Sementara Chandra mengatakan, dalam mengembangkan kawasan TOD tersebut, KCIC akan menggarap master plan-nya saja. Nantinya, mereka akan menggandeng banyak investor atau developer dalam membangun kawasan tersebut. "Jadi kami akan pasarkan lahan kavling paling kecil 3,8 ha untuk dikerjasamakan dengan skema build and operated (BOT)," jelasnya. Keempat kawasan TOD tersebut nantinya akan dikembangkan secara bersamaan. Sedangkan untuk pembangunan infrastrukturnya sudah masuk dalam paket kontrak kontruksi pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Invetasinya sekitar US$ 40 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie