Sampai November 2018, Bank Harda membukukan kerugian Rp 64 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) mencatat kerugian sebesar Rp 64 miliar sampai November 2018. Kerugian ini berbanding terbalik dibanding periode sama 2017 yang masih mencatat laba bersih sebesar Rp 9 miliar.

Kerugian ini disebabkan karena biaya operasional bank naik cukup signifikan yaitu 101,3% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 155 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan bunga bersih hanya naik 8,99% yoy menjadi Rp 97 miliar.

Kenaikan biaya operaisonal ini salah satunya karena pencadangan kredit bermasalah mengalami kenaikan. Dari sisi aset, tercatat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk kredit bermasalah naik 295% yoy menjadi Rp 83 miliar.


Hal ini salah satunya disebabkan rasio kredit bermasalah yang naik. Dalam laporan bulanan November 2018 yang belum diaudit, memang tidak disebut angka rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank ini.

Namun sebagai gambaran saja, sampai September 2018 rasio NPL Bank Harda sebesar 5,36% atau naik dari periode sama tahun 2017 sebesar 3,87%. Dengan kinerja sampai November 2018 ini, tercatat aset bank ini hanya naik tipis 2,57% menjadi Rp 2,3 triliun.

Barlian Halim, Direktur Utama Bank Harda mengatakan, kerugian disebabkan Bank Harda melakukan alokasi cadangan kredit bermasalah. “Karena NPL meningkat,"kata Barlian dalam public expose Bank Harda, Jumat (28/12).

Menurut Barlian, beberapa sektor kredit Bank Harda memang memburuk dan berefek ke laba. Bank Harda menyebut pada tahun ini merupakan tahun konsolidasi bank.

Terkait NPL yang naik ini, Bank Harga terus melakukan upaya restrukturisasi kredit. Kerugian yang diderita pada tahun ini, menurut Barlian, juga disebabkan kenaikan biaya dana akibat kenaikan bunga deposito bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat