KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (
SGRO) beserta anak perusahaannya menerbitkan laporan keuangan konsolidasi yang diaudit dan hasil kinerja operasionalnya untuk tahun buku 2020. Di tengah intensitas hujan yang semakin tinggi pada kuartal IV-2020, produksi minyak sawit
SGRO meningkat secara signifikan mencapai 131.585 ton atau 112% lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Lonjakan ini telah diantisipasi dengan berkurangnya efek lanjutan dari kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2019 dan didukung oleh curah hujan yang berkecukupan sepanjang 2020, sehingga kepastian pemulihan produksi semakin nyata.
“Selain faktor profil tanaman perusahaan yang berada pada usia produktif seiring dengan upaya intensifikasi yang terus berlangsung, kondisi cuaca yang bersahabat sepanjang tahun 2020 turut menyumbang optimisme terhadap prospek produksi di tahun 2021,” kata CEO Sampoerna Agro Budi Halim dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (16/4). Secara umum, tanaman sawit dapat tumbuh dengan baik ketika curah hujan berkisar antara 2.000—2.500 mm per tahun dengan minimal 100 mm per bulan. Curah hujan rata-rata pada areal kebun sawit
SGRO pada kuartal IV-2020 mencapai 227 mm atau 27% lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya dan hampir sama dibandingkan rata-rata tahun 2021 yang sebesar 221 mm. Bulan Agustus merupakan satu-satunya bulan pada tahun 2020 yang mengalami curah hujan di bawah 200 mm. Oleh karena itu, tidak terjadi defisit air yang dapat menyebabkan stres pada tanaman sawit
SGRO. Lonjakan produksi
SGRO pada periode kuartal IV-2020 juga diiringi tingkat harga jual rata-rata yang tertinggi dalam sejarah perusahaan sebagai dampak situasi persediaan minyak sawit dunia yang ketat.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) tanggapi Swiss bebaskan bea masuk CPO dari Indonesia SGRO membukukan harga jual minyak sawit rata-rata sebesar Rp 9.529 per kilogram pada kuartal IV-2020 atau lebih tinggi 29% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada penutupan tahun, tingkat persediaan di Malaysia berada di bawah 1,3 juta ton yang merupakan level yang terendah dalam 13 tahun terakhir. “Meski tahun 2020 disertai berbagai tantangan yang sangat mempengaruhi kehidupan kita, namun masih tetap ada ruang gerak bagi manajemen untuk terus berpegang teguh pada upaya-upaya peningkatan daya saing,” ungkap Budi. Dia menambahkan, berbagai pencapaian utama yang berhasil diraih sepanjang tahun 2020 antara lain peningkatan ekstraksi minyak di tengah adanya imbas yang cukup besar akibat cuaca yang kurang bersahabat serta jumlah produksi yang meningkat di kebun sawit
SGRO yang berlokasi di Kalimantan. Selain itu,
SGRO berhasil menerbitkan obligasi di awal tahun 2020 di tengah situasi penuh ketidakpastian serta mendapat tambahan fasilitas pinjaman bank jangka panjang pada kuartal IV-2020. Namun demikian, rasio utang terhadap ekuitas SGRO relatif stabil di kisaran 0,86x pada akhir 2019 menjadi 0,98x pada akhir 2020.
Sebagai informasi, volume produksi minyak sawit
SGRO hingga akhir tahun 2020 tercatat sebesar 347.407 ton atau turun 10% dibandingkan volume produksi di tahun sebelumnya sebesar 385.079 ton. SGRO turut membukukan produksi inti sawit sebanyak 81.881 ton pada tahun 2020 atau turun 11% dibandingkan realisasi tahun 2019 sebesar 92.378 ton. Adapun produksi kecambah SGRO melesat 54% dari 6.757 ton pada tahun 2019 menjadi 10.401 ton pada tahun 2020. Secara akumulatif, penjualan
SGRO meningkat 7% dari Rp 3,26 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 3,50 triliun pada tahun 2020. Nilai tersebut meliputi penjualan produk utama SGRO yaitu minyak sawit, inti sawit, dan kecambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari