Sampoerna Kayoe targetkan ekspor kayu tumbuh 20% tahun ini



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Sumber Graha Sejahtera kian gencar melakukan pengembangan bisnis. Perusahaan yang menggunakan merek dagang Sampoerna Kayoe ini optimistis penjualan kayu olahan di pasar ekspor akan tumbuh pesat tahun ini. 

Sampoerna Kayoe menargetkan penjualan ekspor tahun ini akan tumbuh sekitar 20% dari realisasi tahun lalu yang berhasil mencatatkan sekitar US$ 200 juta. Sementara untuk pasar domestik, perusahaan hanya menargetkan pertumbuhan 6% dari penjualan Rp 2 triliun tahun lalu.

Riko Handoko, CEO Sampoerna Kayoe mengatakan, pihaknya optimistis bisnis mereka akan mengalami pertumbuhan karena mereka fokus mengolah kayu sengon yang bahan bakunya masih bisa tetap berkesinambungan mengingat kayu jenis ini mudah dibudidayakan dan masa tumbuhnya cukup cepat.


"Sengon ini di Indonesia banyak sekali karena bisa ditanam oleh petani dengan mudah. Dalam mendapatkan bahan baku, kami mengandalkan kemitraan dengan petani dan koperasi." kata Riko dalam keterangan resminya, Kamis (21/3).

Rico mengklaim Sampoerna Kayoe merupakan perusahaan yang pertama kalinya mempelopori penggunaan kayu sengon. Sementara sebelumnya, semua perusahaan kayu mengambil bahan baku dari kayu alam.

Riko melanjutkan, Sampoerna Kayoe merupakan perusahaan kayu olahan penghasil devisa terbesar di Indonesia. Saat ini, perusahaan ini telah mengekspor kayu ke 40 negara dengan pasar terbesar di Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea, dan Asia Selatan.

Adapun produk-produk kayu yang diproduksi perusahaan ini diantaranya plywood (kayu lapis), laminated veneer lumber (LVL), decking, dan door (pintu). Selain dari Sengon, kayu-kayu yang diolah Sampoerna Kayoe adalah pohon karet yang sudah tua.

Untuk mempertahankan keberlangsungan bahan baku, Sampoerna banyak membagikan bibit sengon kepada petani dan melakukan pendampingan mengenai cara budidaya sengon yang tepat. Sejak tahun 2001, perusahaan ini telah membagikan sekitar 67 juta bibit sengon kepada petani.

Saat ini, produksi plywood Sampoerna Kayoe mencapai 850.000 meter kubik (m3) per tahun dan LVL sekitar 10.000 m3 per tahun. Hingga akhir tahun ini, perusahaan menargetkan produksi plywood bisa mencapai 900.000 m3 lebih.

Sampoerna Kayu telah memiliki enam pabrik pengolahan kayu saat ini yang terletak di Balaraja, Salatiga, Purwekerto, Jombang, Jambil dan Palopo.Di pasar domestik, Sampoerna Kayoe telah menguasai 35% pasar kayu lapis.

Sekitar 90% dari penjualan Sampoerna Kayu di dalam negeri dilakukan secara ritel, sementara yang langsung ke proyek hanya 10%. Penjualan ritel dilakukan dengan menjalin kerjasama lewat distributor. Pasar domestik menyumbang porsi 50% terhadap total penjualan perusahaan setiap tahunnya.

Kembangkan rumah kayu tahan gempa

Saat ini, Sampoerna Kayoe sedang mengembangkan rumah kayu tahan gempa yang terbuat dari kayu sengon. Ujicoba pengembangan rumah kayu ini sudah dilakukan dalam dua tahun lalu dengan bekerjasama dengan Lembaga Ilmi Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Saat ini, rumah kayu ini belum dikomersialkan. Namun, Sampoerna Kayoe sudah memiliki prototype dari rumah tersebut. Rico menjelaskan, hal yang disempurnakan dalam dua tahun dalam pengembangan rumah dari kayu sengon tersebut terkait dengan anti rayap dan air.

"Kami masih terus mengkaji pengembangan rumah kayu ini sehingga belum tahu kapan akan mulai dikomersialkan. Hal yang disempurnakan masih terkait bagaimana kayu tersebut bisa anti rayap dan tahap terhadap air." jelas Rico.

Meski belum dikomersialkan, Sampoerna Kayoe sebetulnya sudah membangun beberapa percontohan rumah kayu di wilayah Bandung. Untuk pengembangan satu rumah kayu ukuran 36 m2 diperkirakan akan butuh sekitar 5 m3 - 6 m3  kayu.

Menurut Rico, potensi pengembangan rumah kayu ini sebetulnya besar mengingat angka kekurangan hunian (backlog) di Indonesia masih sangat besar. Namun, pihaknya masih akan terus melakukan kajian terkait ketahanan rumah tersebut agar bisa tetap awet digunakan dan layak ditinggali.​

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli