Samsung Tawar Saham SanDisk US$ 26 per Lembar



SEOUL. Kabar burung mengenai rencana Samsung Electronics Co. untuk mengakuisisi SanDisk memang benar adanya. Berdasarkan kabar terakhir, Samsung memberikan penawaran kepada SanDisk Corp AS senilai US$ 5,85 miliar. Jika ini terjadi, berarti, hal tersebut merupakan akuisisi terbesar perusahaan Korea Selatan (Korsel).

Samsung menawarkan untuk membeli sebesar US$ 26 secara tunai untuk setiap lembar saham SanDisk. Harga tersebut 73% lebih tinggi dari harga penutupan produsen memory card tersebut. SanDisk, yang berbasis di California, mengatakan pihak manajemen menolak tawaran tersebut.

Adanya penawaran tersebut membuat saham SanDisk melonjak 56% menjadi US$ 23,40 pada perdagangan terakhir setelah ditutup pada level US$ 15,04 kemarin di Nasdaq Stock Market. Sementara, saham Samsung naik 1,7% menjadi 534.000 won pada pukul 11.07 di Korea Exchange.


Samsung memang secara terbuka mengumumkan penawarannya ini setelah menerima surat penolakan dari CEO SanDisk Eli Harari pada 15 September lalu. Meski demikian, dalam suratnya, manajemen Samsung berupaya untuk mencari kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Juru Bicara Samsung James Chung bilang, perusahaan hingga saat ini belum memutuskan tindakan yang akan diambil ke depannya.

Sementara itu, pihak SanDisk menjelaskan adanya penolakan dari pihak manajemen karena menilai penawaran Samsung terlalu rendah. Menurut SanDisk, pada saat pertama kali melakukan penawaran pada 22 Mei lalu, Samsung memberikan indikasi mau membeli saham SanDisk seharga US$ 28,75 per lembarnya.

Rencana akuisisi tersebut diperkirakan mampu membantu Samsung untuk memperluas pangsa pasarnya dan mengungguli penjualan Toshiba Corp di pasar flash memory chip yang mencapai US$ 15 miliar.

“Adanya penawaran agresif ini merupakan yang pertama kali dilakukan Samsung dalam sepuluh tahun terakhir. Toshiba kemungkinan tidak memiliki dana cadangan untuk menantang Samsung dalam hal ini,” kata Kim Hyun Wook, fund manager KB Asset Management Co di Seoul.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie