Samudera Indonesia (SMDR) wait and see terkait efek penurunan harga minyak ke kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) masih melihat pengaruh penurunan harga minyak dunia saat ini. Namun SMDR menyebut ada penurunan pada beban operasional dari penurunan harga minyak tersebut.

Direktur SDMR Bani Maulana Mulia mengatakan, biaya bungker atau simpanan bahan bakar kapal dalam satu pekan hingga dua pekan terakhir menurun. Menurutnya, pada awal tahun, biaya bungker kapal memang sempat tinggi, melampaui perkiraan tahun lalu. "Tapi per hari ini sudah turun dari yang kami anggarkan," ujar Bani kepada Kontan.co.id, Rabu (18/3).

Baca Juga: Harga minyak dunia anjlok, Pemerintah belum putuskan turunkan harga BBM


Bani menjelaskan, biaya operasi yang menyumbang sekitar 20% total beban Samudera Indonesia ikut turun.

Perlu diketahui, berdasarkan data Bloomberg, harga minyak dunia kembali anjlok lebih dari 5% pada perdagangan, Rabu (18/3). Harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020, diperdagangkan pada harga US$ 28,01 per barel atau turun 5,47%.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 10,05% menjadi US$ 25,77 per barel atau turun UUS$ 2,88 per barel. Koreksi harga minyak dipicu wabah virus corona yang sekarang naik tingkat menjadi pandemi dan larangan kunjungan dari Eropa yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).

Meskipun begitu, Bani mengatakan, Samudera Indonesia masih wait and see terkait efek penurunan harga minyak dunia pada kinerja perusahaan tahun ini. Menurutnya, penurunan biaya operasi ini bisa jadi sejalan dengan turunnya pendapatan. "Ada kemungkinan penurunan pendapatan apabila ada tekanan terhadap bisnis pelanggan kami," katanya.

Oleh karena itu, menurut Bani, Samudera Indonesia akan terus memperluas layanan ke sektor bisnis di luar minyak dan gas, seperti agroindustri dan maritim.

Sebagai informasi, per September 2019, SMDR membukukan pendapatan US$ 319,3 juta. Jumlah ini turun 10,8% dari periode sama tahun 2018 yang mencapai US$ 357,97 juta.

Sebesar 60,76% disumbang oleh pendapatan uang tambang, lalu 20,05% dari pendapatan kegiatan keagenan, forwarding, dan kegiatan terminal. Kemudian, sebesar 12,26% berasal dari pendapatan jasa penanganan peralatan peti kemas dan muatan, 2,1% dari pendapatan time charter, serta sisanya dari pendapatan lain-lain.

Baca Juga: Harga minyak WTI anjlok ke level terendah sejak April 2003

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat