Samuel Sekuritas perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 mencapai 5,2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama tahun 2019 diproyeksikan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2% year on year (yoy), lebih baik dari pertumbuhan kuartal IV-2018 sebesar 5,18% yoy.

"Kami percaya data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 lebih baik dibandingkan kuartal IV-2018 karena meningkatnya data pertumbuhan konsumsi domestik dan stabilnya pertumbuhan investasi," ujar Mikail, Jumat (3/5).

Ia mencatat, rata-rata penjualan retail kuartal pertama tahun ini tumbuh sebesar 8,1% yoy lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,3% yoy. Indikator tersebut, menurut Mikail, menunjukkan semakin membaiknya konsumsi domestik masyarakat.


Sementara itu inflasi di sepanjangan kuartal pertama 2019 juga relatif rendah dibandingkan periode sama tahun lalu sehingga menjaga daya beli masyarakat tetap kuat.

"Belanja sosial pemerintah yang naik 106% yoy kami lihat cukup efektif mendorong konsumsi domestik di kuartal pertama. Kami perkirakan konsumsi domestik dapat tumbuh 5,08% yoy," tutur Mikail.

Realisasi belanja pemerintah secara keseluruhan di APBN 2019 juga tumbuh sebesar 7,9% yoy, lebih tinggi dibandingkan realisasi APBN 2018 yang hanya tumbuh 4,75% yoy pada periode yang sama.

Dari sisi pengeluaran investasi, Mikail memproyeksikan, kemungkinan masih akan stabil pada kisaran 6% - 6,3% yoy. Hal tersebut disinyalir dari masih tingginya pertumbuhan kredit perbankan yang tumbuh sekitar 11,5% yoy di kuartal I-2019, meskipun terjadi kontraksi terhadap belanja modal pemerintah sebesar 6,7% yoy.

"Investasi dalam negeri (PMDN) masih tumbuh cukup baik, terutama lebih banyak investasi dengan kredit perbankan ketimbang penambahan ekuitas. Itu terlihat di pertumbuhan kredit," ujarnya.

Adapun, ekspor dan impor Indonesia menurut Mikail masih tertekan. Prediksinya, eskpor melambat -8% yoy dan impor melambat sekitar 6%-7% yoy.

"Namun defisit perdagangan mulai menurun. Pengaruh defisit neraca perdagangan tersebut kami lihat cukup kecil menahan laju pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019," imbuh Mikail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat