Samurai bond diramal tetap laris meski kupon mini



JAKARTA. Pemerintah Indonesia kembali menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi yen Jepang atau samurai bonds senilai 100 miliar. Pemerintah kali ini mematok kupon lebih rendah ketimbang penerbitan sebelumnya.

Menurut keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Rabu (31/5), penerbitan samurai bonds akan berbarengan dengan setelmen yang dijadwalkan pada Rabu (8/6). Ada tiga seri surat utang yang diterbitkan.

Pertama, seri RIJPY0620 bertenor tiga tahun yang jatuh tempo pada 8 Juni 2020. Obligasi ini mematok kupon 0,65%. Nilainya 40 miliar. Pada penerbitan tahun lalu, kupon samurai bonds bertenor sama dipatok sebesar 0,83%. Tahun 2015, kupon yang dipatok bahkan sebesar 1,08%.

Kedua, seri RIJPY0622 bertenor tujuh tahun dengan kupon 0,89%. Pemerintah menerbitkan seri ini sebesar 50 miliar. Kupon seri ini juga lebih rendah dari kupon obligasi tenor yang sama pada tahun 2015 sebesar 1,38% dan tahun 2016 sebesar 1,16%.

Ketiga, seri RIJPY0624 dengan tenor tujuh tahun dan kupon 1,04%. Nilai penerbitan seri ini sebesar 10 miliar. Seri bertenor tujuh tahun ini pertama kali diterbitkan.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, pemerintah memanfaatkan momentum kenaikan peringkat utang dari S&P menjadi investment grade untuk menekan kupon. Meski kupon turun, obligasi berdenominasi yen ini bakal tetap laris. "Minat investor Jepang akan positif," prediksi Made.

Kupon obligasi samurai ini juga masih lebih tinggi ketimbang suku bunga Bank of Japan yang rendah, yakni -0,1%. "Jadi, sebenarnya kalau kuponnya dipasang selisih sedikit di atas 0% saja, sudah akan laku," jelas Made.

Selain itu, menengok data Asian Bonds Onlineyield surat utang pemerintah Jepang tenor 10 tahun saat ini 0,05%. Artinya, samurai bonds menawarkan kupon yang lebih menarik.

Apalagi, Moody's Investor Service memberi peringkat Baa3 untuk samurai bonds ini. Baa3 merupakan peringkat investment grade versi Moody's. "Peringkat tersebut mengindikasikan tingkat utang rendah, defisit fiskal yang sempit dan pertumbuhan sehat negara tersebut," kata Christian de Guzman, VP Senior Credit Officer Moody's melalui keterangan resmi yang diterima KONTAN, kemarin.

Volatilitas mata uang yen dan rupiah juga cukup stabil. "Kondisi ini membuat minimnya kekhawatiran investor Jepang untuk membeli surat utang Indonesia," jelas Made.

Made bilang, peningkatan minat investor Jepang terhadap obligasi yang ditawarkan pemerintah Indonesia sudah terlihat dari penerbitan tahun 2015. Tercermin dari penerbitan seri obligasi tanpa jaminan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) atau Non-JBIC Guaranteed Bonds.

Bahkan, di tahun berikutnya dan tahun ini, tidak ada penawaran seri dengan jaminan. "Kalau penerbitan obligasinya tanpa jaminan, berarti dapat menghemat cost of fund dengan memangkas dana penjaminan ke JBIC," terang Made.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Lili Indarli menambahkan, kepercayaan investor Jepang terhadap surat utang Indonesia juga dipengaruhi oleh turunnya persepsi risiko investasi pasca kenaikan rating S&P.

Sentimen tersebut mendongkrak animo pasar terhadap penerbitan kali ini. "Seperti disinggung dalam keterangan DJPPR, permintaan mengalami kenaikan hingga 100% dari penerbitan sebelumnya," pungkas Lili.

Sebagai catatan, pemerintah mengubah metode penerbitan SUN valas dan tidak menggunakan metode private placement. Kini, pemerintah menerapkan penawaran dengan format public offering yang serupa lelang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia