SAN Finance Memangkas Target Pembiayaan Alat Berat



JAKARTA. Iklim bisnis tahun ini memang tidak menguntungkan bagi multifinance. Makanya, PT Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) yang memiliki bisnis utama pembiayaan alat berat memangkas target pembiayaan baru hingga 40% tahun ini.

Pemangkasan target penyaluran kredit SAN Finance ini merupakan dampak turunnya harga komoditas tambang dan perkebunan. Akibat penurunan harga komoditas itu, permintaan alat berat oleh perusahaan tambang dan perkebunan juga turun.

Melihat kondisi ini, SAN Finance hanya berani menargetkan penyaluran kredit sebesar Rp 1,2 triliun tahun ini. Ini jauh lebih kecil dari penyaluran kredit 2008 sebesar Rp 2 triliun. "Target tahun ini turun 40% dari pembiayaan 2008," ujar Susilo Sudjono, Presiden Direktur SAN Finance, kemarin. Susilo menambahkan, target 2009 itu sama dengan pencapaian pembiayaan SAN Finance pada tahun 2007.


Susilo mengingatkan, target ini masih bisa berubah mengingat situasi pasar saat ini tidak pasti. SAN Finance mungkin mengkaji ulang target pembiayaannya pada April mendatang.

"Pasar komoditi masih mencari titik keseimbangan," kata Susilo. Jadi, industri pembiayaan alat berat akan menentukan langkah ekspansi setelah arah pasar komoditi lebih jelas. "Sebaliknya, kalau pasar komoditi terus memburuk, semua perhitungan juga harus diubah," imbuhnya.

SAN Finance sudah mulai mengantisipasi agar pembiayaan tidak berubah macet. Perusahaan ini sedang memproses permintaan restrukturisasi debitur, seperti memperpanjang jangka waktu pembayaran. "Jumlahnya tidak banyak, hanya 3% dari total kredit," kata Susilo.

Manajemen SAN Finance juga melakukan efisiensi. Tahun lalu dengan sekitar 100 karyawan, mereka membukukan laba Rp 47 miliar. Susilo mengaku perusahaannya tahun ini sulit mengulang sukses yang terjadi pada 2008. Tahun ini SAN Finance cuma menargetkan laba sebesar Rp 27 miliar, turun 42,5% dari laba 2008. "Tapi kami tetap bekerja keras untuk mencetak laba," tandas Susilo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie