KONTAN.CO.ID - Seiring berkembangnya dunia fesyen, kini model sandal tak lagi dipatok kaku. Ragam model sandal kian banyak variasinya. Mulai dari model polos sederhana berbahan kulit sintetis hingga model ala
bohemian style yang etnik dipadukan dengan aneka kain tradisional, payet dan batu-batuan. Bahkan, sandal dengan aneka variasi atau sandal kreatif belakangan jadi tren baru di masyarakat. Mulai dari anak-anak, remaja bahkan sampai dewasa mulai tertarik mengenakan sandal gaya ini. Fitria Pratiwi, pemilik Temali Sandal asal Jakarta mengaku tren sandal etnik ala bohemian kembali naik daun beberapa bulan belakangan ini. "Waktu awal saya buka bisnis sandal, dua tahun lalu, produksinya hanya 50-60 pasang per bulan. Setahun belakangan sudah sampai 500-600 pasang tiap bulannya," terang Ria, sapaan akrab Fitria Pratiwi.
Temali Sandal memproduksi sandal untuk anak-anak dan dewasa dengan beragam model. Ada yang polos dan berwarna dari kulit, ada pula yang etnik dengan berbagai renda, payet, tali tradisional dan batu alam. Harga yang dibanderol untuk sandal anak-anak mulai Rp 150.000 - Rp 175.000 per pasang. Sedangkan untuk sandal orang dewasa dibanderol Rp 165.000 - Rp 325.000 per pasang. "Harga tergantung dari model juga, yang model bohemian biasanya lebih mahal. Sama kalau ada hak tinggi juga pengaruh ke harga," ungkap Ria. Pelanggan Temali Sandal datang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara, seperti Malaysia dan Singapura. Ria mengaku masyarakat dari Sabang sampai Merauke sudah pernah memesan sandal buatannya. Pelaku usaha lain yang juga ikut kecipratan tren sandal kreatif, yakni Dhantie Agustina asal Jogja. Ia memproduksi model sandal dengan aneka rumbai dan tassel, yang juga menjadi ciri khas sandal bohemian. "Kalau lagi ramai pesanan, rata-rata bisa sampai 50-70 pasang per bulan," kata Dhantie. Harga sandal kreatif milik Dhantie dibanderol cukup terjangkau, yakni Rp 40.000 - Rp 70.000 per pasang. Kebanyakan pelanggan Dhantie datang dari Jakarta, Bandung, ada pula dari Lampung, Batam dan Pontianak. Target konsumen sandal buatan Dhantie adalah remaja dan dewasa. Maklum, para remaja memang banyak yang tertarik dengan desain sandal warna-warni dan banyak pernak-pernik. "Biasanya ide kreatif untuk membuat sandal juga datang dari para konsumen," tuturnya. Ia mengaku, pembuatan sandal kreatif miliknya termasuk cepat. Satu sandal model standar hanya butuh waktu pembuatan sekitar 15 menit. Lain halnya dengan Dhantie, Ria justru butuh waktu hingga seminggu untuk membuat sekitar 50 pasang sandal kreatif. "Tergantung model dan bahan bakunya," ujar Ria. Ide dan tantangan utama datang dari pasar Ide membuat model sandal kreatif bisa datang dari mana saja. Akses informasi yang makin mudah dan murah sangat membantu dalam proses kreatif. Fitria Pratiwi, pemilik Temali Sandal asal Jakarta bilang, sebagian ide kreatif didapatkannya dari media online. "Kebanyakan ide datang dari sosial media, seperti Youtube dan Pinterest. Selebihnya, saya lihat tren pasar saja sih. Sekarang ini banyak orang suka pakai sandal seperti apa. Intinya harus peka membaca tren pasar," kata Ria, sapaan akrab Fitria Pratiwi. Saat pertama kali terjun ke bisnis sandal kreatif, Ria terinspirasi oleh model sandal anak kecil yang monoton, kurang kekinian. "Waktu itu saya mencari sandal yang modelnya sederhana, tapi unik dan nyaman. Karena susah, jadi saya bikin sendiri," cetusnya. Temali Sandal pada awalnya memang fokus membuat sandal anak-anak. Lama kelamaan, banyak ibu yang juga ingin dibuatkan model sandal sama persis dengan anaknya. Sejak saat itulah, Ria mantab untuk membuat dua jenis sandal, untuk anak-anak dan dewasa. Bahkan, belakangan, antusias konsumen kian besar untuk sandal model bohemian. Lain halnya dengan Ria, Dhantie pemilik Bisbarshop asal Jogja mendapatkan ide dan ketrampilan membuat sandal kreatif dari kedua orang tuanya. Ayah dan Ibu Dhantie adalah perajin sekaligus penjual sandal di Malioboro. Namun, sandal yang dijual oleh orangtuanya adalah sandal polos, tak ada unsur kreatif. Warnanya ada dua, cokelat dan hitam. Nah, pada suatu hari salah satu teman Dhantie pun memesan sandal dengan motif lucu, warna-warni. "Saya yang buatkan dengan rumbai, tassel dan tali motif warna-warni. Dan ternyata dia suka," kenang Dhantie. Bicara soal bisnis, pasti ada tantangan dan persoalan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Tak terkecuali dengan bisnis sandal kreatif ini. Dhantie bilang, kerap menemukan konsumen dengan banyak kemauan. Belum lagi persoalan bahan baku yang kadang habis atau terlambat dipasok.
"Malah, saya pernah bilang, bahan bakunya habis untuk model tertentu, tetap saja ada konsumen yang minta produksi," tuturnya. Biasanya, Dhantie akan meminta konsumen untuk menunggu sedikit lebih lama karena bahan baku yang terbatas. Sedangkan, Ria merasa lebih tertantang dengan makin banyaknya pemain yang terjun di bisnis sandal kreatif. Saat awal ia merintis Temali Sandal, dua tahun lalu, pelaku usaha sandal kreatif masih biaa dihitung dengan jari. Saat ini sudah makin banyak pemain dan harga yang ditawarkan juga banyak yang lebih murah. "Kunci untuk tetap bertahan dalam persaingan adalah tetap menjaga kualitas dan inovasi harus terus ditingkatkan agar tidak tertinggal dengan yang lain. Kalau bisa, kami mengutamakan model-model unik yang tidak biasa di pasaran," ungkap Ria. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.