KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon wakil presiden Sandiaga Uno menyampaikan sejumlah pandangan dan catatan memprihatinkan atas pelaksanaan Pemilu 2019. Pasangan calon presiden Prabowo Subianto ini menjabarkannya melalui postingan di akun instagram @sandiuno, Selasa (14/5). Ada tiga catatan yang menjadi sorotan Sandiaga, yakni;
Pertama, soal meninggalnya lebih dari 500 petugas penyelenggara pemilu dan lebih dari 3.000 orang lainnya di rawat. "Dengan pahit kita harus menerima kenyataan, inilah Pemilu paling mematikan sepanjang sejarah Indonesia. Suatu pelajaran yang amat mahal yang harus kita jadikan bekal bagi perbaikan penyelenggaraan Pemilu di waktu-waktu mendatang," tulisnya. Kedua, ada aroma politik uang yang sangat tajam dengan tertangkapnya ratusan ribu amplop yang disiapkan untuk serangan fajar yang melibatkan pejabat tinggi BUMN dan pejabat tinggi pemerintahan. "Rakyat sebagai pemilik kedaulatan telah dibuat terlena, bukannya memilih sesuai hati nurani, tetapi dipaksa atau setengah dipaksa memilih yang memberikan iming-iming uang. Ini sungguh-sungguh menciderai demokrasi kita," tulisnya. Ketiga, ada ketidakadilan yang tidak ditangani dengan baik oleh penyelenggara Pemilu maupun pihak-pihak yang berwajib. Mulai dari sulitnya perizinan, tempat yang dipindah-pindah, hingga dipersulitnya akses untuk masyarakat ke titik acara. Sandiaga menuturkan juga menaruh simpati pada rekan-rekan media yang mengalami tekanan untuk tidak memberitakan berbagai kecurangan. "Kita juga menyaksikan upaya sistematis melemahkan suara oposisi, penangkapan aktivis, hingga kriminilisasi para ulama," ujarnya.
Sandiaga menegaskan meskipun rintangan terus menghadang, dirinya bersama Prabowo Subianto tidak akan pernah lelah berhenti menegakkan kebenaran dan keadilan. "Saya mengajak saudara-saudara sekalian untuk terus berjuang sekuat tenaga, sampai titik darah penghabisan, menjaga kedaulatan rakyat," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto