Sapto meraih omzet besar dari pembuatan maket (1)



Mengembangkan usaha pembuatan maket memang sudah menjadi pilihan Sapto Sardiyanto. Pemilik CV. Anindya Cipta Mandiri ini mampu menggarap puluhan maket, baik maket proyek besar milik Pemerintah ataupun pengembang swasta. Dalam sebulan, ia pun mampu meraih omzet hingga Rp 150 juta.Berbekal bakat, keinginan kuat dan kerja keras, serta pengetahuan, seseorang bisa menggapai kesuksesan. Modal itu pula yang dimiliki Sapto Sardiyanto, pemilik CV. Anindya Cipta Mandiri, perusahaan yang memproduksi maket atau miniatur proyek bangunan di Bekasi. Sapto memberanikan diri terjun ke bisnis pembuatan maket ini karena melihat ada peluang besar di sini. Apalagi, saat ia mengawali usaha ini pada 2001, pengusaha yang menggeluti usaha pembuatan maket ini belum banyak. "Padahal maket merupakan usaha yang menarik, menantang, sekaligus menguntungkan," ujarnya. Pria lulusan Fakultas Arsitektur salah satu universitas di Jakarta ini menuturkan, usaha pembuatan maket menarik mengingat proyek selalu membutuhkan maket. Sementara, lahan bisnis ini justru belum tergarap secara profesional. Menurutnya, banyak produsen maket yang tak mengutamakan kualitas, sehingga hasilnya pun kurang maksimal. "Bahkan, mereka menawarkan harga maket murah untuk menutupi berbagai kekurangan itu," jelasnya. Mirip seperti seorang arsitek ketika mendesain rumah, pada pembuatan maket juga diperlukan kreativitas, ketelitian, dan, tentu saja, ketrampilan. Selain itu, Sapto terus melakukan inovasi untuk menjaga kepercayaan sekaligus kepuasan klien. "Inilah tantangannya. Tantangan itu terjawab ketika klien puas dan kembali lagi dengan membawa order baru," tuturnya.Tak hanya menarik dan menantang, pendapatan yang diperoleh dari usaha maket ini juga cukup menguntungkan. Selain itu, usaha ini juga bisa menyerap lapangan kerja. "Meski usaha ini tak membutuhkan SDM dalam jumlah banyak, tapi setidaknya kami dapat memberdayakan masyarakat sekitar yang butuh pekerjaan," ucapnya.Saat ini, Anindya Cipta Mandiri memperkerjakan 20 orang. Selain pekerja tetap itu, di saat-saat tertentu, ketika pesanan maket melonjak, Sapto juga mempekerjakan tenaga freelance. Sejauh ini, Sapto telah membuat beragam maket. Mulai dari proyek-proyek besar yang dipesan oleh perusahaan milik Pemerintah maupun perusahaan swasta. Produk maket yang pernah dikerjakan Sapto antara lain, maket pabrik, kawasan penambangan serta kompleks bandar udara di beberapa lokasi berbeda. Ia menegaskan, Anindya dapat membuat segala jenis maket. Mulai dari rumah, apartemen, pabrik, kawasan, hingga maket biorama atau maket bertema, seperti maket kawasan agrobisnis. "Dalam sebulan, kami biasanya menerima lima hingga sepuluh pesanan beragam jenis maket dengan skala yang berbeda-beda," ujarnya. Banderol harga maket pun beragam, tergantung dari tingkat kesulitan dan ukuran. Maket rumah dengan ukuran dasar 60x70 cm dijual mulai harga Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. Sementara, maket untuk apartemen, pabrik, dan maket bandara harganya bisa mencapai Rp 15 juta. Harga yang lebih mahal lagi dipatok untuk maket biorama dengan ukuran sekitar dua meter. "Harganya bisa mencapai Rp 50 juta per maket," ujarnya. Pembuatan maket biasanya membutuhkan waktu tujuh hari hingga satu bulan. "Tergantung jenis dan skala," kata Sapto. Waktu pengerjaan yang cepat biasanya untuk pembuatan maket rumah tinggal. Biasanya, cuma butuh waktu selama tujuh hari. Adapun untuk membuat maket apartemen perlu waktu selama 14 hari. Pembuatan maket pabrik pun membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni 20 hari. Sementara itu, maket biorama dikerjakan hingga waktu sebulan penuh.Dalam setiap pembuatan maketnya, Sapto selalu memegang komitmen untuk menciptakan maket yang benar-benar hidup. Alhasil, ia benar-benar mengutamakan pemilihan bahan dan ornamen. Pengerjaannya pun harus mendapat perhatian penuh. "Kami menggunakan bahan-bahan seperti akrilik, kayu, dan vinil. Bahkan, kami sering menggunakan efek cahaya supaya terlihat lebih nyata," jelasnya. Dengan berbagai upaya menghasilkan maket yang sempurna ini, tak mengherankan jika dari usaha ini Sapto dapat mengantongi omzet hingga Rp 150 juta setiap bulan. Bahkan, omzet itu bisa semakin membengkak bila sering mendapat order membuat biorama. "Sekaligus kabar baik karena banyak pesanan maket menunjukkan pembangunan di negara ini terus berlangsung," pungkasnya. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi