Ketika awal membangun bisnis pakaian dalam miliknya, modal Sara Blakely tidak besar. Itu sebabnya, Sara mengerahkan semua tenaga dan waktunya membesarkan bisnis bernama Spanx ini. Dia membangun sendiri perusahaan tersebut tanpa bantuan pengacara sama sekali. Lalu mematenkan produknya dan membangun jaringan pemasaran miliknya. Alhasil, Sara kini menjadi salah satu dari wanita terkaya dunia. Di usianya yang ke-41, dia memiliki aset US$ 1 miliar. Kini dunia memandang Sara Blakely. Bagaimana tidak, wajahnya terpampang di majalah
Forbes, sebagai wanita muda kaya raya karena bisnis pakaian dalamnya. Bisnis Sara tidak meroket begitu saja. Wanita berusia 41 tahun ini harus bekerja keras membangun bisnis Spanx dari nol.
Modal membangun bisnis ini juga dari kantong pribadinya. Meskipun banyak bank yang memberi kredit pada pengusaha, Sara enggan meminjam pada bank. Setidaknya, ini menjelaskan, Spanx saat ini hampir bersih dari utang. Sara juga bekerja keras, bahkan melewatkan akhir pekan untuk membuat produk dan memasarkan produknya. Dia menawarkan langsung produknya dari pintu ke pintu dan ke teman-temannya. Ini merupakan tantangan karena tidak semua orang mau membeli pakaian dalam tanpa nama. Namun, Sara yakin bisnisnya bisa berkembang. Ketika menemukan model
pantyhose baru tanpa bagian kaki, Sara langsung mematenkan penemuannya, di tahun 1998. Seperti dikutip dari
Forbes, demi menghemat US$ 3000, Sara tanpa bantuan pengacara, mematenkan temuannya lewat buku yang didapatnya di toko buku Barnes & Noble, dan buku dari perpustakaan Georgia Tech. Dia juga membangun sendiri perusahaannya dengan biaya US$ 150. Tantangan besar berikutnya adalah menemukan produsen bahan baku pakaiannya. Sara menghabiskan waktu satu tahun wara-wiri ke pabrik-pabrik untuk melihat bahan dasar pakaian. Sara bahkan mengambil cuti sepekan dari tempat kerjanya, untuk berkeliling pabrik demi memuaskan konsumen pakaian dalam. Saat itu, Sara masih bekerja di Danka, menjual mesin fax. Usahanya tidak sia-sia. Sara akhirnya mendapat tawaran kerja sama untuk bahan baku dari sebuah pabrik. Sara juga selalu menemani konsumen ke ruang ganti dan mendemonstrasikan cara memakai korset agar terlihat langsing. "Perempuan mana yang tidak ingin terlihat tubuhnya ideal," ucap dia. Korset Spanx ludes terjual dalam tiga pekan. Namun, Sara tersandung modal dalam memasarkan produknya lebih banyak. Menurut dia, iklan di radio, televisi, dan majalah begitu mahal. "Aha, Oprah!" begitu yang terlintas di benak Sara. Menurut dia, acara yang ditonton jutaan orang di seluruh dunia akan mampu mendongkrak popularitas produknya. Sara mengaku tidak ingin berjualan di Oprah. Dia ingin bercerita soal sejarahnya membangun bisnis. Permintaannya terbalas. Ketika mendapat telepon dari Harpo Production, Sara diingatkan agar membuat
website untuk menampung permintaan yang bakal melonjak setelah tampil di acara Oprah. Dua pekan sebelum acara itu, Sara berhenti dari pekerjaannya di Danka dan fokus untuk tampil di acara tersebut. Dia membuat website seharga US$ 18 per bulan. Kerja keras desain dan kualitas produknya membawa keberuntungan bagi Sara. Oprah mendapuk Spanx sebagai barang favoritnya di November 2000. Seperti perkiraan sebelumnya, permintaan pun melonjak sejak hari pertama. Dalam waktu satu tahun, Sara mencetak untung US$ 4 juta, dan di tahun berikutnya US$ 10 juta.
Spanx yang dianggap mampu membuat tubuh lebih aduhai itu menjadi pakaian dalam favorit para artis, seperti Beyonce, Jennifer Lopez, Kim Kardashian dan Blake Lively. Ibu dari satu anak ini mengakui, untuk membesarkan bisnis, dia tidak boleh takluk dengan tantangan. Dalam dua tahun berikutnya, Sara terus menggelar demo dari satu toko ke toko lain, agar menerima produknya. (Bersambung)
Editor: Catur Ari