Sarana Menara dan Graha Layar pecah saham agar lebih likuid



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana memecah nilai nominal sahamnya alias stock split. Emiten ingin agar saham yang beredar di publik lebih banyak dan lebih likuid.

Salah satu yang bersiap menggelar stock split adalah PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ). Pengelola bioskop CGV ini akan meminta restu stock split saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB), pada 16 Mei nanti.

Dalam keterbukaan informasi di BEI, BLTZ ingin stock split demi memenuhi ketentuan free float atau jumlah saham publik. Meski demikian, BLTZ belum mengungkapkan rasio stock split.


Corporate Secretary BLTZ Mutia Resty mengungkapkan, BLTZ masih mematangkan rencana stock split. Semua materi aksi korporasi nantinya akan diumumkan menjelang RUPST dan RUPSLB.

Emiten lain yang siap melaksanakan stock split adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Manajemen TOWR telah menetapkan rasio stock split, yakni 1:5. "Kami merasa rasio ini cukup untuk tujuan TOWR mencoba mencapai likuiditas yang lebih baik," ungkap Adam Gifari, Wakil Direktur Utama TOWR, kepada KONTAN, kemarin.

Harga jadi menarik

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, upaya TOWR untuk stock split cukup positif. Apalagi price to earning ratio (PER) emiten ini sebesar 16 kali. "Bagi saya patut diapresiasi," kata dia, kemarin. Rencana TOWR melakukan stock split merupakan komitmen baik untuk meningkatkan volatilitas dan meningkatkan daya beli investor ritel.

Dalam jangka panjang, Nafan merekomendasikan hold saham TOWR. Sementara untuk jangka pendek, dia mengatakan investor bisa melakukan trading dengan rentang support sebesar Rp 3.200 per saham dan resistance sebesar Rp 3.350 hingga Rp 3460 per saham.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra juga menyebutkan, stock split memiliki sisi positif bagi investor. Sebab, jika harga saham terlalu mahal, tentu sulit bagi investor dananya terbatas untuk mengoleksi suatu saham yang prospektif.

Jika tidak banyak investor ritel yang masuk, maka saham tersebut menjadi tidak likuid di pasar. Saham yang kurang likuid ini menambah risiko investasi. Dengan stock split, maka harganya akan ke bawah dan mendorong transaksi harian serta menaikkan likuiditas. "Harga sahamnya jadi menarik, apalagi jika didukung fundamental yang bagus," kata Aditya.

Aditya memandang saham TOWR dan BLTZ bakal lebih menarik pasca aksi stock split. BLTZ, misalnya, dengan mengelola bioskop, jika tinjauan manajemennya bagus plus fundamentalnya apik, maka bisa menjadi pilihan investor. Hal yang sama juga berlaku bagi TOWR, yang berbisnis penyewaan menara telekomunikasi.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali, menilai stock split umumnya tak mengubah fundamental emiten. Aksi ini justru menguntungkan bagi investor lama karena saham secara nominal menjadi lebih kecil.

"Keuntungan bagi investor,  jumlah saham beredar semakin banyak, sehingga kian likuid dan harga per saham makin kecil. Hal ini membuat saham itu makin menarik bagi investor kecil. Kerugiannya? Saya rasa tidak ada," ungkap  Frederik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati