Sarana Menara (TOWR) genjot pembangunan menara dan fiber optik di semester II-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) akan fokus menggeber pembangunan menara dan fiber optik di semester II 2019.

"Namun untuk penambahan menara baru atau non-menara di semester berikutnya, kami belum bisa buka karena informasi internal masih dikumpulkan," jelas Adam Gifari, Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7).

Menurutnya, TOWR baru mengantongi kucuran dana dari Bank MUFG senilai JPY 3,97 miliar melalui anak perusahaannya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).


Adam mengaku, pinjaman dana melalui perbankan lebih baik fleksibilitasnya, dibandingkan obligasi atau penerbitan saham baru.

Pinjaman yang memiliki tingkat suku bunga sebesar 0,70% per tahun tersebut, akan dialokasikan untuk berbagai keperluan perusahaan.

"Rencananya akan digunakan untuk biaya modal kerja dan refinancing. Tidak ada yang spesifik karena TOWR juga dapat pembiayaan dari unit usaha lain jadi sulit mengatakan dana ini digunakan untuk proyek apa," ungkapnya tanpa mengelaborasi proyek dan besaran nilai investasi.

Lebih jauh, TOWR juga menyiapkan dana belanja modal Rp 3 triliun-Rp 4 triliun untuk menambah 700 menara base transceiver station (BTS) dan jaringan kabel optik. "Untuk membangun menara, TOWR mengeluarkan dana Rp 850 juta-Rp 1 miliar," lanjutnya.

Tahun 2019, atau tepatnya pada kuartal III 2019, perusahaan akan mulai menambah jaringan fiber optik sepanjang 13.600 kilometer di Jawa dan Sumatra. Proyek ini, diharapkan rampung pada 2020.

Perusahaan juga sudah mendapatkan kontrak membangun jaringan satelit multifungsi (High Troughput Satelite) 1.939,2 MHz dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) milik Kominfo pada semester I-2019.

Saat ini, perusahaan juga memiliki pipa pembangunan fiber optik sepanjang 27.000 kilometer, 17.437 menara telekomunikasi, dan 28.319 penyewa.

"Sepanjang semester I-2019, kondisi pasar telekomunikasi cukup baik dan stabil. Kami tidak menghadapi kesulitan berarti. Kami pikir keadaan makroekonomi, baik dari kondisi rupiah dan suku bunga stabil ke turun," tambahnya.

Dengan begitu, Adam masih optimistis target pertumbuhan sebesar 10% tahun ini dapat tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi