JAKARTA. Bisnis baja mengembang bersama dengan pertumbuhan properti serta konstruksi. PT Saranacentral Bajatama Tbk mencoba memanfaatkan momen itu dengan berekspansi dan melebarkan area pemasaran. Handaya Susanto, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk, mengatakan, telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 50 miliar. Dana tersebut digunakan menambah lini produksi ketiga yakni baja lapis warna. Saat ini emiten berkode saham BAJA itu, memproduksi dua jenis baja lembaran canai dining (cold rolled coil), yakni baja lapis seng (BjLS) dan baja lapis alumunium seng (BjLAS). Kapasitas produksi terpasang untuk keduanya total 15.000 ton per bulan.
Namun, Handaya bilang, produksi kedua lini bisnis tersebut masih belum maksimal. Rata-rata per bulan baru 9.000 ton. BjLS sudah mencapai kapasitas produksi penuh sekitar 6.000 ton perbulan. Sementara kapasitas produksi lini BjLAS baru 3.000 ton. Saranacentral juga bermaksud menambah lini produksi. “Tujuan kami membuat lini ketiga adalah memaksimalkan lini kedua, yaitu BjLAS. Jadi lini ketiga menggunakan bahan baku dari lini kedua,” ujar Handaya. Tujuannya memaksimalkan kapasitas produksi hingga, bisa menekan harga pokok penjualan (HPP). Lini ketiga itu akan memproduksi jenis baru, yaitu baja lapis alumunium seng (BjLAS) berwarna. Saranacentral menargetkan bisa memproduksi sekitar 4.000–5.000 ton BjLAS per bulan. Lini ketiga ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal I - 2013. Handaya bilang, membidik pasar domestik. “Jenis ini banyak dipakai di luar Pulau Jawa dan terus berkembang. Biasanya dimanfaatkan sebagai genteng metal,” tutur dia. Saranacentral berharap lini bisnis baru itu meningkatkan penjualan. Handaya memperkirakan lini bari ini akan berkontribusi 30% dari total pendapatan. Selama ini, kontribusi penjualan terbesar berasal dari BjLS sebesar 60% dan BjLAS 40%. "Dua hingga tiga tahun lagi lini BjLAS akan lebih banyak produksinya dari lini satu yaitu BjLS," ujar dia. Rambah pasar ekspor Tak hanya melakukan ekspansi dengan menambah jenis produksi. Saranacentral juga akan mengembangkan area pemasarannya ke luar negeri. Handaya menuturkan, selama ini Saranacentral menjual di dalam negeri saja. Handaya membidik penjualan ke Malaysia dan Australia. Realisasi ekspor paling cepat pada kuartal IV 2012. Saranacentral berharap penjualan ekspor bisa menyumbang 10% dari total. Pasar ekspor diharapkan bisa mengimbangi transaksi impor Saranacentral. Saat in, 70% bahan baku Saranacentral berasal dari luar negeri. Sisa kebutuhan dipenuhi dengan membeli dari PT Krakatau Steel Tbk. Menurut Saranacentral, komposisi pembelian bahan baku itu sudah bertujuan menekan biaya produksi. Dalam hitungan Saranacentral, selisih barang impor lebih murah 3%-5% daripada produksi lokal. "Bagi bisnis, nilai itu besar,” kata Handaya.
Emiten yang mempunyai pabrik di Karawang itu, juga berencana membangun pabrik bahan baku baja. “Kebanyakan pabrik baja di luar negeri, bergerak dari hilir ke hulu," ujar Handaya. Dari beberapa langkah yang dilakukan emiten baja ini. Handaya menargetkan membukukan pendapatan Rp 1,2 triliun di tahun ini. Naik 33,33% dari tahun lalu. Target itu sudah tercapai Rp 551,19 miliar di semester I. Sedang target laba bersih sepanjang tahun ini, Rp 80 miliar. Namun karena menderita rugi kurs Rp 19,1 miliar di semester I, pengelola Saranacentral bermaksud merevisi target labanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana