JAKARTA. Tahun depan, PT Sarinah (Persero) berambisi menaikkan ekspor singkong hingga 500% dibandingkan tahun ini. Tahun ini, Sarinah mematok target ekspor Singkong sebesar 25.000 ton. Untuk tahun depan, Sarinah memasang targer ekspor Singkong sebesar 150.000 ton."Untuk tahun ini ekspor kami memang terlambat dua bulan. Baru bulan ini kami mulai dengan mengekspor Singkong 5.000 ton tiap bulannya," ujar Direktur Utama Sarinah, Jimmy A. Gani, akhir pekan lalu.Lanjut Jimmy, negara tujuan ekspor singkong tersebut yaitu China dan Korea. Menurutnya, kebutuhan dua negara tersebut untuk singkong cukup tinggi. China membutuhkan singkong untuk diubah menjadi bahan bakar energi bioethanol. Sedangkan, Korea membutuhkan Singkong untuk mencampurnya dengan minuman.Jimmy bercerita, singkong ini berasal dari para petani. Sarinah mengumpulkan singkong-singkong yang diproduksi oleh petani lokal. "Kami kumpulkan dari wilayah Garut dan Cilacap," kata Jimmy.Untuk ekspor singkong sebesar 5.000 ton tiap bulan, Sarinah akan mendapatkan pendapatan sebesar US$ 1 juta. Dia juga menambahkan, saat ini lahan singkong masih cukup terbatas. Untuk mencapai target ekspor tahun depan, Sarinah juga berencana untuk menambah luas areal lahannya.Apabila target ekspor 150.000 ton tercapai dan luas areal lahan bertambah, Sarinah berencana membuat drying facility untuk singkong. Rencana ini, katanya sudah mulai dijajaki pada tahun ini. Sarinah sedang mempertimbangkan partner untuk mewujudkan ini. "Kami akan membuat joint venture. Ada dua yang sedang dipertimbangkan. Salah satu kemungkinannya adalah Korea karena mereka memiliki teknologi yang terbaik di dunia," jelas Jimmy.Nilai investasi untuk membuat drying facility itu, kata Jimmy sekitar US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta. "Dengan drying facility kita harapkan petani memiliki singkong yang kering karena kalau basah tidak bisa dipakai. Kita maunya mengeringkan singkong sehingga menjadi kualitas yang bagus," papar Jimmy.Saat ini, kualitas singkong petani diakuinya cukup bagus. "Cuman penerimanya (China dan Korea) kalau tidak kering tidak bisa di extract," terang Jimmy.Saat ini, Sarinah sedang meminta ijin kepada Kementrian BUMN terkait dengan rencana pembuatan drying facility ini. Izinnya untuk melihat apakah dimulai kerjasama operasi (kso) lebih dahulu atau langsung joint venture. Pihaknya mengusulkan untuk langsung membentuk joint venture, sebab, drying facility ini mampu meningkatkan nilai tambah produk.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sarinah genjot ekspor Singkong ke China dan Korea
JAKARTA. Tahun depan, PT Sarinah (Persero) berambisi menaikkan ekspor singkong hingga 500% dibandingkan tahun ini. Tahun ini, Sarinah mematok target ekspor Singkong sebesar 25.000 ton. Untuk tahun depan, Sarinah memasang targer ekspor Singkong sebesar 150.000 ton."Untuk tahun ini ekspor kami memang terlambat dua bulan. Baru bulan ini kami mulai dengan mengekspor Singkong 5.000 ton tiap bulannya," ujar Direktur Utama Sarinah, Jimmy A. Gani, akhir pekan lalu.Lanjut Jimmy, negara tujuan ekspor singkong tersebut yaitu China dan Korea. Menurutnya, kebutuhan dua negara tersebut untuk singkong cukup tinggi. China membutuhkan singkong untuk diubah menjadi bahan bakar energi bioethanol. Sedangkan, Korea membutuhkan Singkong untuk mencampurnya dengan minuman.Jimmy bercerita, singkong ini berasal dari para petani. Sarinah mengumpulkan singkong-singkong yang diproduksi oleh petani lokal. "Kami kumpulkan dari wilayah Garut dan Cilacap," kata Jimmy.Untuk ekspor singkong sebesar 5.000 ton tiap bulan, Sarinah akan mendapatkan pendapatan sebesar US$ 1 juta. Dia juga menambahkan, saat ini lahan singkong masih cukup terbatas. Untuk mencapai target ekspor tahun depan, Sarinah juga berencana untuk menambah luas areal lahannya.Apabila target ekspor 150.000 ton tercapai dan luas areal lahan bertambah, Sarinah berencana membuat drying facility untuk singkong. Rencana ini, katanya sudah mulai dijajaki pada tahun ini. Sarinah sedang mempertimbangkan partner untuk mewujudkan ini. "Kami akan membuat joint venture. Ada dua yang sedang dipertimbangkan. Salah satu kemungkinannya adalah Korea karena mereka memiliki teknologi yang terbaik di dunia," jelas Jimmy.Nilai investasi untuk membuat drying facility itu, kata Jimmy sekitar US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta. "Dengan drying facility kita harapkan petani memiliki singkong yang kering karena kalau basah tidak bisa dipakai. Kita maunya mengeringkan singkong sehingga menjadi kualitas yang bagus," papar Jimmy.Saat ini, kualitas singkong petani diakuinya cukup bagus. "Cuman penerimanya (China dan Korea) kalau tidak kering tidak bisa di extract," terang Jimmy.Saat ini, Sarinah sedang meminta ijin kepada Kementrian BUMN terkait dengan rencana pembuatan drying facility ini. Izinnya untuk melihat apakah dimulai kerjasama operasi (kso) lebih dahulu atau langsung joint venture. Pihaknya mengusulkan untuk langsung membentuk joint venture, sebab, drying facility ini mampu meningkatkan nilai tambah produk.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News