Sarinah targetkan alokasi kakao 500 ton tahun 2011



JAKARTA. Mulai tahun 2011 PT Sarinah (persero) bakal mulai mengembangkan ekspor kakao olahan. Bahkan, Sarinah berani menargetkan alokasi 500 ton kakao per bulan pada tahun 2011 untuk diolah menjadi produk turunan kakao yang nantinya akan diekspor.Direktur Utama Sarinah Jimmy Rafai Gani mengungkapkan, saat ini Sarinah sudah mengembangkan pembelian kakao fermentasi dari para petani di berbagai wilayah di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Tapi, saat ini Sarinah masih dalam taraf pembelian biji kakao. Setiap bulannya pembelian kakao Sarinah dari kedua daerah ini sekitar Rp 120 ton - 200 ton. "Di Sulawesi Tengah kita sudah membuka gudang di sana sehingga memudahkan petani untuk menjual biji kakaonya," ujarnya Selasa (30/11).Jimmy bilang Sarinah akan mengembangkan pusat pembelian kakao di berbagai daerah untuk meningkatkan pembelian kakao di masa mendatang. Ini dilakukan untuk menggenjot pembelian biji kakao hingga 500 ton per bulan. Saat ini manajemen Sarinah sedang melakukan pembicaraan kerjasama dengan pedagang lokal untuk melakukan pembelian kakao di Lampung dan Sulawesi Barat. Sarinah akan menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mengembangkan perdagangan kakao ini. "Paling lambat pembelian kakao dari Sulawesi Barat dan Lampung bisa dilakukan awal tahun depan," kata Jimmy. Targetnya kuartal I tahun 2011 Sarinah sudah mulai melakukan ekspor produk olahan kakao. Sarinah juga akan bekerjasama dengan pabrik pengolahan kakao untuk mengolahnya, karena Sarinah belum memiliki pabrik pengolahan kakao sendiri.Langkah kerjasama ini dilakukan untuk meningkatkan utilisasi pabrik kakao di Indonesia. Saat ini, dari kapasitas produksi pabrik kakao sekitar 400.000 ton per tahun, utilisasinya belum mencapai 50%. Nah, hasil biji kakao yang diolah ini nantinya yang akan diekspor. "Produknya nanti berupa bubuk kakao (cocoa powder) dan cocoa butter yang akan diekspor ke beberapa negara Eropa seperti Belanda," jelasnya.Ke depan Sarinah akan terus menggenjot volume perdagangan kakao dengan cara memperluas wilayah pembelian biji kakao fermentasi, tak hanya di Sulawesi tapi juga di Lampung dan Padang. Jimmy menargetkan kedepannya Sarinah bisa membeli 1.000 ton kakao per bulan. "Kita akan mencari cara untuk menggenjot pembelian ini," ungkapnya.Dari jumlah itu, nantinya komposisi penjualan akan dibagi sebanyak 50% diperdagangkan di dalam negeri untuk kebutuhan industri pengolahan kakao. Sedangkan 50% lainnya akan diolah menjadi kakao olahan untuk diekspor. Sarinah memang berkomitmen untuk mengekspor kakao dalam bentuk olahan untuk meningkatkan nilai tambah bagi industri dalam negeri. "Nanti arahnya kalaupun kita ekspor biji kakao itu dalam jumlah yang terbatas dan dalam bentuk kakao fermentasi dan biji kakao yang sangat bagus," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini