Terlahir pada 2 April 1942 di Singapura, Rudy Pesik berhasil menjadi salah satu pengusaha besar di Indonesia. Usahanya di bidang logistik dengan bendera DHL Indonesia dan Caraka Group telah berjalan lebih dari 27 tahun dan tetap berkibar hingga kini. Rudy dilahirkan dari keluarga yang terpelajar. “Nenek saya bekerja di Deplu (Departemen Luar Negeri) sebagai staf PBB, kakeknya bekerja di pelayaran,” ujar Rocky J. Pesik, putra Rudy Pesik kepada KONTAN, belum lama ini. Rudi terbilang sebagai pemuda yang cerdas. Ia kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin dan lulus pada tahun 1964. Setamat dari ITB, ia bekerja sebagai staf ahli Deputi Menteri Industri Maritim sambil menjadi dosen di beberapa universitas di Jakarta.
Pada tahun 1965 ia pun bergabung dengan IBM. Di IBM ia merintis karir sebagai siystems engineers hingga diangkat menjadi Pimpinan IBM di Amsterdam, Brussels, Paris, Kopenhagen, Stockholm, Vienna, Hongkong, Tokyo dan USA (California, Nevada). “Ayah saya di IBM hingga sembilan tahun” cerita Rocky. Pada 1974, Rudy memutuskan kembali ke Tanah Air dan bekerja di Elnusa selama dua tahun. Pada tahun1978, keinginan Rudy menjadi pengusaha mulai tumbuh dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi. Namun kesempatan besar baru muncul pada tahun 1982 ketika ia menerima tawaran dari seorang asing untuk mendirikan kantor DHL di Indonesia. “Waktu itu modal awalnya Rp 5 juta,” ujarnya. Meskipun DHL sebelumnya (selama 10 tahun) telah masuk ke Tanah Air, sejak ditangani Rudy pada 1982 DHL lebih cepat berkembang. Pada 1984 Rudy kemudian mendirikan PT Caraka Yasa. Awalnya Caraka Yasa hanya melayani pasar antaran dalam kota. Namun belakangan, karena pasarnya dianggap terlalu kecil, ia meningkatkan jangkauannya menjadi berskala nasional (antarkota). Rupanya, kondisi pada 1990-an berubah. Pasar dalam kota menguat, sehingga permintaan layanan antaran dalam kota pun meningkat. Akhirnya ia membuat layanan khusus jasa kurir dalam kota yang disebut Mail Shop Plus. Sebagai pengusaha, naluri bisnis Rudy cukup tajam. Ia berani mengambil resiko dalam membesarkan bisnisnya. Ketika ekonomi Indonesia sedang mengalami krisis pada 1998, pengusaha lain sibuk membenahi usaha mereka yang carut marut. Tapi, Rudy justru melakukan ekspansi dengan memperluas layanan Caraka lewat jalur darat. Sebelumnya Caraka fokus melayani jasa pengiriman lewat udara. Ekspansi ini dilakukannya dengan pembelian truk besar-besaran hingga 80 unit. “Waktu itu banyak orang bilang Rudy Pesik gila,” ujar Rocky terbahak-bahak. Caraka Yasa saat ini dikomandani Rocky J. Pesik.Antara DHL dan Caraka masing-masing memiliki kekuatan dan segmennya tersendiri. DHL kekuatannya di layanan internasional, sedangkan Caraka Yasa di domestik bersama-sama dengan Mail Shop Plus untuk di dalam kota. Menikah dengan Louise Pesik, Rudy dikaruniai seorang putra dan putri. Rocky Pesik lahir pada 14 Agustus 1976 di Jakarta. Sejak kecil ia sudah dididik keras oleh sang ayah untuk memimpin dan meneruskan perusahaan. “Ayah saya orang yang keras mungkin karena pengalaman hidupnya selama ini,” ujar Rocky bijak. Menjadi anak seorang pengusaha tidak selamannya dibanjiri dengan fasilitas dan hidup mewah. Ajaran sang ayah yang keras mengharuskannya belajar dan bekerja keras. Bahkan Rocky mengaku saat masih kecil menjadi korban bully. “Saya perawakannya kecil jadi suka di-bully lalu SD saya mulai belajar karate dari paman saya,” kenangnya. Kebetulan pamannya, Gilbert Pesik merupakan seorang atlet karate. Setelah belajar karate, Rocky tidak lagi menjadi bahan bully teman-temannya. Bukan karena ia senang berkelahi tapi karena rasa segan teman-temannya. “Sampai sekarang saya masih aktif, tahun 2005 kemarin masih ikut turnamen nasional,” imbuhnya. Meneruskan jejak sang ayah, Rocky juga kuliah di ITB. Di masa kuliah ini naluri bisnisnya juga mulai tumbuh dengan membuka sebuah usaha di bidang IT. “Teman-teman banyak yang meremehkan, ah bokap lo pengusaha buat apa repot-repot,” ujarnya menirukan. Namun, ledekan teman-temannya itu justru memotivasinya untuk membuka usaha sendiri. Padahal Rudy saat itu sangat berharap Rocky bisa ikut berkecimpung di perusahaan keluarga. “Tahun 2001 saya menyerah, saya mulai masuk perusahaan,” candanya. Rocky mulai bergabung dengan Caraka Group saat usianya masih 25 tahun. Ayahnya memasukkannya ke salah satu perusahaan yang paling bermasalah saat itu, yaitu PT Mitra Piranti Usaha dengan jabatan sales manager. “Saya sangat beruntung ditaruh disana, saya sangat berterima kasih kepada ayah saya,” kenangnya. Di perusahaan itu Rocky belajar banyak bagaimana menganalisa kemunduran usaha dan menemukan solusinya. Setelah dua bulan menjadi sales, jabatannya naik menjadi general manager. Dengan posisi itu ia kemudian melakukan perombakan karyawan. Kebijakannya menimbulkan kontroversi dan suara sumbang para karyawan. Rocky pun cuek dan fokus menyelesaikan masalah di Mitra Piranti Usaha. Tahun 2009, Rudy mulai memberikan “pertanda' bagi bagi Rocky untuk meneruskan perusahaan. “Ayah saya bilang nanti 1 Januari 2010 saya pensiun kamu jadi CEO,” ujar Rocky menirukan ayahnya. Benar saja, 2010 Rocky pun menjadi CEO Caraka Group.Walaupun menjabat CEO, keberadaan Rudy sebagai pengawas dan mentor masih sangat penting bagi Rocky. “Rasanya seperti punya bos 24 jam dalam tujuh hari,” candanya. Masa transisi dari Rudy ke Rocky merupakan tantangan tersendiri. Namun, Rocky tidak segan-segan melakukan gebrakan yang menuai hujatan dan pujian. Ada dua strategi utama yang dilakukan Rocky yaitu mengganti semua board of director dan memasukkan sistem quality control dan health safety equipment yang moderen. “Ayah saya sampai kaget waktu itu,” imbuh Rocky. Ia bilang pada ayahnya jika berani berinvestasi pada aset barang maka ia juga juga berani berinvestasi dalam aset intelektual. Tidak tanggung-tanggung Rocky bahkan mendirikan Caraka Operation Academy. Rocky merekrut petinggi DHL dan Caraka yang telah pensiun untuk mengajar di pusat pelatihan ini. Rocky membenahi Caraka agar dapat meraih ISO dan berstandar internasional. “Tahun ini kami targetkan bisa menangani barang-barang farmasi,” ujarnya. Meyakinkan karyawan pada masa transisi menjadi tantangan lainnya. Rocky menyadari bayang-bayang sang ayah akan selalu ada, namun ia ingin karyawannya yang berjumlah 1.300 orang ini terbuka. “Saya membuka channel komunikasi dengan berkeliling tiga bulan sekali ke cabang-cabang kami,” cerita ayah dua anak ini. Rocky mendiskusikan visi misi, target perusahaan, keuntungan, dan isu-isu lainnya secara terbuka. Ia berbicara di semua level mulai dari manajemen hingga para kurir, supir dan satpam. Semua pesimisme dan kritikan dijawab oleh Rocky dengan kinerja dan hasil. “Akhirnya profit yang berbicara, keuntungan perusahaan naik semua pihak senang,” ujarnya sumringah. Terobosan lain yang diterapkannya adalah kewajiban melaksanakan upacara bendera setiap Senin pukul 08.00 WIB pagi. Kegiatan ini dilakukan di seluruh kantor Caraka Group dari pusat hingga cabang sejak tahun 2012 Di kantor pusat, kegiatan ini dipimpin langsung oleh Rocky. “Bukannya kurang kerjaan. Kegiatan ini efektif menjaga komunikasi dan silaturahmi terutama salam semutnya,” cerita Rocky. Salam semut ini adalah saat dimana semua jajaran karyawan dari yang paling tinggi hingga terendah bersalaman. Salam semut juga menjadi ajang diskusi di kalangan karyawan tentang insiden di lapangan, hingga berbagi saran. Sejak dipegang Rocky pada 2010, Caraka telah berkembang hingga tiga kali lipat. Ia memiliki 200 armada dengan tiga bisnis utama, yaitu Caraka Andalan Semesta, Caraka Logistik, dan usaha logistik via udara di kawasan Indonesia Timur. Selain Caraka Grup, DHL Indonesia tetap menjadi salah satu lini bisnis utama keluarga Pesik. Menurut Rocky, DHL memiliki posisi yang terpisah dari Caraka namun tetap merupakan milik Rudy Pesik.
Untuk rencana ekspansi ke depannya, Rocky merujuk pada keinginan sang Ayah. “Ayah saya berpesan untuk go internasional, merambah ASEAN dulu lalu Eropa,” ujar pria yang memiliki hobi fotografi ini. Benar saja, Rocky sudah memulainya di Thailand. Menurutnya, Thailand sangat menarik karena secara geografis bisa menghubungkan negara-negara di kawasan Asean lewat jalan darat. Selain itu, Thailand memiliki hubungan yang baik dengan India. “Januari 2013 sudah berjalan, disana prosesnya lebih cepat dari disini,” ujarnya. Selama 13 tahun di sektor logistik, Rocky menyimpulkan ada 4 hal yang menjadi hambatan dalam binis ini di Indonesia, yaitu wilayah yang luas, budaya, infrastruktur, dan birokrasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri