KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Bursa saham bisa memberi kesempatan kepada sembarang orang. Suherman salah satunya. Pria yang berprofesi sebagai satpam di sebuah perusahaan ini memiliki cerita manis perjalanan investasinya. "Rata-rata, saya memperoleh gain sekitar 50% hingga 60%," ujar Suherman kepada KONTAN, awal Januri 2019, lalu. Keuntungan tersebut dia peroleh dari sejumlah saham andalannya. Dia bilang, sejak awal tahun 2017 sudah mulai mengakumulasi saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Tak perlu ribet menggunakan analisa teknikal atau rasio fundamental lainnya. Suherman membenamkan investasinya hanya bermodal percaya dan pengetahuan umum yang diperolehnya setiap hari melalui surat kabar. Dia memilih ADRO karena memiliki laba yang menarik. Suherman juga memilih PTBA karena permintaan batubara dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih tinggi. Sedangkan, WSKT ia pilih lantaran saham konstruksi diguyur sentimen tax amnesty yang juga berkontribusi dalam percepatan pembangunan infrastruktur. "Justru saya tahu sentimen dari membaca KONTAN," aku Suherman. Namun, buah manis usaha Suherman ini tak didapatnya secara instan. Dia mulai mengenal saham pada 2008 silam. Perkenalan itu tak lepas dari pengamatannya terhadap aktivitas di sekitar lingkungan kerjanya, di Mandiri Sekuritas. Awalnya, dia hanya coba-coba. Namun, berkat dorongan atasannya, Suherman benar-benar memberanikan diri masuk ke dunia saham pada 2010. Bermodal duit yang ia sisihkan, Suherman masuk dengan deposit awal Rp 8 juta. Mengalami kerugian pasti pernah. Namun, pengalaman pahit itu dia jadikan pelajaran berharga. Dari sana dia tahu bahwa membatasi risiko merupakan langkah antisipasi yang sangat diperlukan. Bahkan dari pengalaman itu Suherman mulai "membatasi" harapan untung terlalu tinggi. Dia menyadari, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang bakal terjadi di bursa saham. "Saat ini terlihat bakal naik terus, bisa saja sedetik kemudian bisa berbalik arah," katanya. Trading dan investasi Suherman membagi aset investasinya menjadi dua porsi. Sebesar 80% digunakan untuk menabung saham, sisa 20% dia gunakan untuk trading jangka pendek.
Nah, porsi 20% untuk trading jangka pendek pun dia pagari dengan strategi lanjutan. "Saya kasih limit, kalau sudah untung antara 10% hingga 15%, saya alihkan ke saham lain yang lebih murah," jelas Suherman. Dengan menerapkan strategi alokasi aset seperti itu, ternyata dia berhasil memetik hasil yang gurih. Pada awal 2017 portofolio Suherman sekitar Rp 90 juta. Setahun kemudian nilai portofolionya sudah menjadi sekitar Rp 140 juta. Merasakan nikmat strategi yang diterapkan, Suherman berniat terus mengembangkan asetnya. Memiliki penghasilan tambahan dari bursa saham tak membuatnya gelap mata. Dia tidak menggunakan keuntungan yang dia peroleh semata-meata untuk kepentingan prbadi. "Sebagian untuk membiayai kuliah adik saya serta untuk membantu keluarga," pungkas bujangan ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hasbi Maulana