Satu gambar bisa bermakna seribu kata



Satu gambar seribu kata. Begitu kalimat yang sering kita dengar untuk menggambarkan kekuatan sebuah gambar.

Kalimat itu juga berlaku dalam berbisnis online. Kekuatan visual yang tertuang dalam foto juga menjadi magnet bagi calon pembeli.

Kadang atau malah sering, kesan pertama datang dari tampilan produk dan jasa. Semakin menarik dan atraktif, pembeli akan tergoda membawa produk Anda ke rumah mereka.


Buat Yukka Harlanda, pemilik Brodo, toko fashion pria online asal  Bandung, foto merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif agar pembeli tertarik. Selain itu, foto juga bisa membentuk citra merek alias brand image dan menguatkan ikatan antara konsumen dengan produk.

Tapi, jika baru merintis usaha di dunia maya, Anda tidak harus menggunakan jasa fotografer profesional untuk membuat foto-foto produk dan jasa. Kebutuhan foto akan mengikuti pertumbuhan bisnis Anda.

Yuka mencontohkan, dirinya saat baru memulai usaha juga merangkap sebagai tukang foto. “Sekarang, sih, kami sudah punya fotografer sendiri, karena hampir setiap hari ada pengambilan gambar,” kata dia.

Paling tidak, menurut Ovik Hamdan, pemilik www.jasafotografi.com, ada tiga hal yang harus Anda perhatikan jika ingin memotret produk tanpa jasa fotografer profesional.

Pertama, detail produk. Anda harus bisa memunculkan detail produk. Baju, contohnya, Anda perlu menampilkan detail bahan dan motifnya. Semakin Anda menonjolkan detail produk, foto lebih menarik. 

Kedua, sisi dan komposisinya. Sama seperti orang, produk pun memiliki angle terbaik. Ada produk yang tidak menarik jika dijepret dari samping atau atas, misalnya, sepatu.

Anda enggak mungkin mengambil gambar dari sisi atas, lantaran tidak bisa menampilkan semua bagian dari sepatu. Sudut terbaik untuk sepatu adalah ketika sol, model, dan bahannya terlihat secara bersamaan dalam satu bidikan.

Komposisi juga penting, agar foto produk tidak terlihat terlalu penuh mengisi seluruh frame. Anda perlu mengukur komposisi yang sesuai, supaya produk tampak proporsional dan keren.

Ketiga, pencahayaan yang memegang peranan penting dalam memengaruhi karakter produk. Anda perlu mengatur lighting baik pemotretan di dalam maupun luar ruangan. 

Kalau merasa repot dengan urusan foto produk dan ingin fokus sama pemasaran, Anda bisa menyerahkan masalah ini  kepada jasa fotografi.

Tarifnya bervariasi, tergantung jenis layanan. Ada dua jenis layanan fotografi produk yaitu foto produk dan foto konsep.

Foto produk tarifnya bergantung pada berapa banyak angle yang Anda inginkan. Semakin banyak semakin mahal. Untuk sekali foto dengan satu angle,

Ovik menawarkan tarif Rp 35.000. Tarifnya lebih murah menjadi 25.000 per foto kalau sesi pemotretan di atas 20 kali. Jika objek fotonya makanan, walau tidak menggunakan konsep dan properti apa pun, biayanya sebesar Rp 60.000 untuk merekam satu angle.

Sedangkan untuk foto konsep, biayanya jauh lebih mahal, mulai Rp 325.000 per foto. Sebab, selain perlu ide, dalam membuat foto konsep ada sejumlah properti yang perlu Anda sewa.

Cuma, untuk menghasilkan foto yang sedap dilihat di website atau akun social media, Anda perlu menambahkan unsur-unsur berikut ini: 

Sesuai tema

Menurut Yukka, mengunggah foto sama perannya dengan menyapa konsumen. Itu sebabnya, ia menyesuaikan pemasangan foto di situs maupun akun media sosial Brodo dengan musim dan kejadian yang baru atau sedang terjadi. Ini akan membuat konsumen merasa dekat dengan produk.

Misalnya, memasuki musim penghujan, Brodo memajang foto bertemakan hujan. Tak ketinggalan tip merawat sepatu kulit di musim hujan.

Foto seri

Selain tema yang sesuai, Anda juga mesti memperhatikan kebaruan dari media sosial yang menjadi lapak untuk berjualan. Yukka bilang, interaksi tertinggi saat mengunggah gambar adalah dengan cara meng-upload lebih dari tiga foto sekaligus. 

“Sekarang kami sekali upload empat foto di Facebook, jadi bentuknya collage terdiri dari tiga foto produk dan satu foto besar berisi produk yang dipakai oleh model,” ujarnya. 

Foto berseri seperti itu membuat interaksi dengan konsumen lebih tinggi ketimbang mengunggah foto biasa. Apalagi, Facebook cukup sering mengubah tampilannya. Jadi, Anda harus siap-siap mengusung strategi baru tiap saat.

Plus informasi

Lain sama Brodo, Asibayi.com sebagai penjual produk bayi dan kebutuhan ibu menyusui secara online mengusung strategi berbeda. Anas Faizurahman, pemilik Asibayi.com, menjelaskan, foto-foto produknya selalu dilengkapi dengan cara penggunaan.

Sebab, beberapa produk dia adalah barang impor. “Foto produk lebih disukai jika lengkap dengan cara menggunakan produk tersebut,” bebernya.

Menjual produk di laman dan media sosial, tidak hanya mengandalkan foto yang menarik, juga informasi produk, cara menggunakan, sampai harga jual. Info yang detail bakal memudahkan calon pembeli menimbang keputusan: apakah akan membeli atau tidak.

Punya konsep

Cuma, foto juga perlu konsep agar tidak membosankan. Contoh, foto-foto yang terpampang di akun Twitter @DapurGladies milik Poetry Gladies yang menjual brownies. Setiap foto produknya selalu memiliki konsep dan tema.

Agar menarik, dia menambah aksen dan perlengkapan makan yang unik dan vintage. Benda yang Gladies gunakan adalah peralatan dapur, salah satunya, talenan.

Konsepnya, brownies yang sudah dipotong kecil-kecil disusun rapih di atas landasan untuk memotong, mencincang, dan sebagainya terbuat dari kayu itu. 

Selain itu, Gladies juga menyusun konsep foto brownies bersama secangkir teh atau dipadankan dengan suasana piknik di taman. “Selain pakai konsep, karena jualannya makanan, satu frame hanya satu varian produk,” kata dia.

Kalau ada lebih dari satu varian dalam satu frame, itu akan membuat bingung calon pembeli. Lain halnya jika ingin membuat semacam foto katalog. Anda bisa menggabungkan foto-foto tersebut dalam bentuk collage.

Satu collage idealnya berisi empat foto. Soalnya, bila lebih dari empat, foto akan terlihat terlalu kecil dan enggak menarik.

"Memang, foto juga menjadi kekuatan. Jadi, bagaimana caranya bikin foto yang buat orang mau beli produk kita," tambah Gladies. 

Siap menjepret.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan