Saudi Aramco berencana untuk investasi di China dalam kunjungan Mohammed Bin Salman



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, bakal menandatangani kesepakatan awal investasi untuk pembangunan dua komplek penyulingan minyak dan petrokimia di China. Penandatangan tersebut masuk dalam agenda kunjungan putra mahkota Arab Saudi ke China minggu ini.

Investasi dari perusahan pengekspor minyak terbesar di dunia ini bertujuan untuk membangun kilang minyak dan petrokimia di provinsi Liaoning, Cina Timur. Menurut Reuters, proyek tersebut juga melibatkan investasi dari perusahaan besar Cina, Norinco.

Bukan hanya itu, Saudi Aramco juga berencana untuk menanam saham di Zhejiang Petrochemical, salah satu anak usaha grup kimia swasta China, Zhejiang Rongsheng Holding Group. Perusahaan ini tengah membangun kilang dan komplek petrokimia di provinsi Zhejiang, Cina Timur.


Lewat perjanjian ini, Saudi Aramco akan memiliki 9% saham Zhejiang Petrochemical yang kini dipegang oleh pemerintah provinsi Zhejiang. Perjanjian tersebut merupakan kelanjutan dari kesepakatan yang ditandatangani Oktober 2017.

Kesepakatan tersebut berisi bahwa Saudi Aramco akan berinvestasi di pembangunan kilang minyak di Zhejiang yang rencananya bakal memproses 400.000 barel minyak mentah per hari. Selain itu, investasi tersebut juga untuk membangun fasilitas petrokimia terkait di Zhoushan yang berada di selatan Shanghai.

Saat kunjungan raja-raja Arab Saudi ke Beijing pada Mei 2017, kabarnya ada dua perusahaan yang juga membuat kesepakatan. Perusahaan-perusahaan tersebut sepakat untuk membangun sebuah pabrik pengolahan yang mampu memproses 300.000 barel minyak mentah per hari.

Kesepakatan itu juga berisi perjanjian untuk membangun sebuah blok bangunan petrokimia. Fasilitas ini akan menghasilkan 1 juta ton etilena per tahun. Nilai investasi ini mencapai lebih dari US$ 10 miliar.

Terkait kesepakatan China dengan Arab Saudi, Zhoushan Ocean Development dan Investment Co Ltd, yang memegang 9% saham di Zhejiang Petrochemical untuk pemerintah provinsi, turut berkomentar.

Menurut mereka, China harus melangkah hati-hati dalam hubungannya dengan Arab Saudi. Mengingat, pemerintah China juga memiliki hubungan dekat dengan musuh Timur Tengah, Iran.

Meskipun begitu, pada Rabu (20/2), sehari sebelum putra mahkota Arab Saudi tiba, Presiden China Xi Jin Ping mengatakan kepada parlemen Iran bahwa keinginan China untuk mengembangkan hubungan dekat dengan Iran tidak akan berubah.

Editor: Tendi Mahadi