Sawit Sumbermas (SSMS) Dorong Produksi Sawit untuk Sokong Hilirisasi Anak Usaha



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) targetkan pertumbuhan rata-rata produksi tandan buah segar (TBS) di sepanjang 2022 tumbuh di kisaran 10% hingga 15%. Adapun di 2023, manajemen SSMS menargetkan kurang lebih pertumbuhan produksi TBS akan sama seperti tahun ini. 

Sekretaris Perusahaan SSMS, Swasti Kartikaningtyas menjelaskan, pertumbuhan rata-rata produksi TBS ini seiring dengan permintaan sawit yang meningkat. 

Secara umum, permintaan ini datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, sejauh ini SSMS tetap fokus memasok sawitnya untuk keperluan hilirisasi di PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT). 


Tandan buah segar yang sudah diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) lantas dijual kepada CBUT untuk dijadikan produk turunan CPO. 

Baca Juga: Sreeya Sewu Indonesia (SIPD) Kantongi Restu Rights Issue

“Tahun ini masih 100% CPO akan diserap ke lokal artinya hilirisasi kami sendiri,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/12). 

Pada 2021 SSMS mengoperasikan 8 PKS yang menghasilkan  444.720 metrik ton CPO.

Swasti mengakui sampai saat ini saja pasokan CPO dari SSMS belum dapat memenuhi kebutuhan Citra Borneo Utama, baru sekitar 70%-80% dari utilisasi pabrik. Selain karena utilisasi produksi yang tinggi, permintaan produk hilirisasi CBUT juga semakin meningkat. 

Melansir prospektus CBUT, dalam industri refinery di Kalimantan, kapasitas produksi Citra Borneo memberikan kontribusi sebesar 6% dari seluruh perusahaan refinery yang ada di Kalimantan. Kapasitas refinery CPO CBUT sebesar 2.500 ton per hari. 

Pada 8 November 2022, SSMS telah resmi mengantarkan Citra Borneo Utama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada aksi korporasi itu, CBUT meraih Rp 431,25 miliar dengan menawarkan 625 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. 

Dari dana segar yang didapat sebanyak 54% akan digunakan untuk pembangunan refinery extension dan infrastrukturnya. Refinery extension ini berlokasi di Kawasan Industri Surya Borneo Industri yang rencananya dibangun pada kuartal I 2023 dan baru akan selesai di kuartal I 2025. 

Dengan adanya refinery extension tersebut, minyak inti sawit kasar atau Crude Palm Kernel Oil (CPKO) akan dapat diolah menjadi RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) menjadi bahan baku cocoal butter dan PKFAD (Palm Kernel Palm Fatty Acid Destilate) yang memiliki prospek bisnis yang lebih menjanjikan. 

Sementara, sisa dana IPO akan digunakan untuk peningkatan modal kerja. Pihaknya juga akan memanfaatkan dana tersebut untuk pembelian bahan baku yaitu CPO dan Palm Kernel dalam rangka meningkatkan utilisasi produksi pada pabrik kernel crushing dan refinery.

Baca Juga: Pelita Samudera Shipping (PSSI) Tambah Modal Buyback Menjadi Rp 300 Miliar

Pemanfaatan Cangkang Sawit

Swasti mengakui saat ini permintaan cangkang sawit ke SSMS sudah banyak berdatangan dari luar negeri dan dalam negeri.

“Permintaan cangkang sawit ini luar biasa,” ujarnya. 

Tetapi SSMS memilih untuk memanfaatkan cangkang sawit sebagai alternatif sumber energi di pabrik kelapa sawit. Dengan ini, SSMS dapat melakukan efisiensi biaya energi. 

“Di sisi lain, produksi cangkang sawit kami juga belum bisa memenuhi kebutuhan kami sendiri, hampir tidak terpenuhi semua. Jadi memang kami manfaatkan sekali,” tandasnya. 

Sampai dengan September 2022, SSMS mencatatkan penjualan senilai Rp 5,1 triliun atau naik 40,18% secara tahunan dari sebelumnya Rp 3,68 triliun di September 2021. 

Penjualan ini dominan diraih dari segmen minyak kelapa sawit ke pihak berelasi senilai Rp 3,6 triliun yang tumbuh 12,71% yoy. Kemudian disusul penjualan inti sawit Rp 324,04 miliar dan tandan buah segar senilai Rp 176,71 miliar. 

Sedangkan penjualan minyak kelapa sawit pihak ketiga senilai Rp 734,21 miliar dan minyak inti sawit Rp 264,52 miliar. Sampai dengan akhir September 2022, penjualan SSMS sebanyak 77% kepada Citra Borneo Utama atau senilai RP 3,93 triliun. 

Lewat peningkatan penjualan ini, SSMS mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,53 triliun atau tumbuh 44,8%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi