Baik penjualan bibit maupun hasil buahnya, sawo manila bisa mendatangkan untung menggiurkan. Apalagi, budidaya tanaman ini tidak memerlukan perlakuan khusus. Pemilik Angel Nursery di Bogor, Parta Suhanda bilang, pembudidayaan sawo manila relatif mudah. Ia biasanya memperbanyak bibit dengan metode pencangkokan atau okulasi pada ranting pohon indukan. Metode ini terbilang paling mudah dengan kualitas yang baik. Proses pencangkokan dilakukan selama dua hingga tiga bulan, sampai bibit siap disemai. Setelah bibit cukup tinggi siap dipindahkan ke tanah dengan jarak tanam antar pohon 5 meter. Saat mulai ditanam, bibit harus diberi pupuk kandang sebanyak 2 kilogram (kg) hingga 3 kg. Sebulan kemudian, dipupuk lagi dengan NPK 16.
Selanjutnya, sawo manila bisa rutin dipupuk sebulan sekali sampai berusia 8 bulan. Pada masa awal penanaman, bibit juga perlu disiram setiap hari hingga berusia tiga bulan. Menurut Parta, pada usia setahun, tanaman sudah mulai berbunga, dan buahnya bisa dipanen beberapa bulan berikutnya. Namun, panen pertama biasanya baru bisa menghasilkan 1 kg buah per pohon. Jika sudah masuk usia produktif, yakni tiga hingga lima tahun, produksinya akan berlipat. "Bisa puluhan kilo sekali panen dari satu pohon," jelas Parta. Tanaman ini pun tidak mengenal musim. Artinya seluruh ranting pohon bisa berbunga bergiliran, sehingga dapat menghasilkan sepanjang tahun. Tapi, supaya bisa berbunga, tanaman harus mendapat sinar matahari yang cukup banyak sepanjang hari. Pohon sawo manila bisa bertahan puluhan tahun. Pembudidaya di Ciledug, Tangerang, Bustomi menyebut, proses budidaya sawo manila sebetulnya sama saja dengan tanaman lain yang bisa dijadikan tanaman buah dalam pot (tabulampot). "Intinya, setelah proses pencangkokan, bibit dipindahkan dalam polybag selama 6 bulan atau hingga setinggi 1,5 meter. Kemudian bisa dipindah ke lahan tanam," paparnya.