SBI Masih Menjadi Favorit Bankir untuk Duit Nganggur



JAKARTA. Bankir masih menjadikan instrumen moneter Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai alternatif penempatan ekses alias kelebihan likuiditas paling favorit. Selain karena aman karena bebas risiko, imbal hasil yang bisa dikantongi bank dari pemarkiran dana idle di instrumen tersebut juga lumayan, yaitu tak jauh dari level BI Rate 6,5%. Adapun instrumen moneter lain seperti Fasilitas SBI (FaSBI) dan pasar uang antarbank menjadi pilihan berikutnya bagi bank untuk memutar kelebihan likuiditasnya. Demikian hasil survei perbankan terbaru yang digelar BI setiap kuartal.

"Prioritas penempatan dana bank masih ke kredit, namun jika ada ekses likuiditas bank masih akan terfokus ke SBI sebagai tempat parkir dana paling aman," tulis BI dalam penjelasan hasil surveinya yang dikutip KONTAN, Senin (12/7). Obligasi pemerintah seperti Surat Utang Negara (SUN) menjadi pilihan keempat bagi bank untuk menempatkan likuiditasnya. Otoritas moneter dan perbankan sejatinya ingin sedikit mengurangi ketergantungan bank pada SBI. Tujuannya, supaya bank mau bekerja lebih keras mengelola likuiditasnya dalam rentang lebih panjang. Juga, "Supaya pasar keuangan bisa lebih dalam," kata Pjs. Darmin Nasution.

Pasar keuangan domestik saat ini dinilai masih relatif dangkal sehingga rentan ketika terjadi guncangan. Maka itu, BI telah merilis beberapa kebijakan baru untuk memaksa bank supaya lebih cermat mengatur likuiditas dan tidak terus-terusan manja pada BI. Misalnya, pemanjangan koridor suku bunga pasar uang antar bank.


"Ini supaya bank ketika kelebihan likuiditas ia tidak langsung menyasar SBI, namun memilih PUAB untuk meminjamkan ekses likuiditasnya pada bank lain," jelas Deputi Gubernur BI Budi Mulya. Demikian juga ketika bank membutuhkan likuiditas, kebijakan tersebut menggiring mereka untuk tidak ujug-ujug datang ke BI melainkan didorong masuk mencari pinjaman likuiditas ke sesama bank di interbank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa