JAKARTA. Terbatasnya pemasukan negara membuat pemerintah memperbesar pembiayaan di awal tahun 2016 (
prefunding) melalui penerbitan surat berharga negara (SBN). Kali ini pemerintah memilih penerbitan SBN secara
private placement. Situs Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) pada Rabu (29/12) menunjukkan, penerbitan
prefunding SBN telah dilakukan tiga kali selama Desember 2015 senilai Rp 15 triliun.
Private placement dilakukan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBNS) sebesar Rp 1 triliun pada 10 Desember 2015 untuk tenor tiga tahun. Dari penerbitan itu, pemerintah mematok imbalan per tahun sebesar 7,75% dan yield 8,5%. Lalu ada penerbitan Surat Utang Negara (SUN) pada 23 Desember dan 29 Desember masing-masing sebesar Rp 7 triliun untuk tenor sembilan tahun dan delapan tahun. Dari penerbitan itu pemerintah mematok kupon masing-masing 8,375% dan 9,5%. Sementara yield 8,71% dan 8,68%. Dengan tiga penerbitan SBN itu, maka total prefunding 2016 yang telah dilakukan mencapai Rp 15 triliun dan US$ 3,5 miliar.
Prefunding valas dari penerbitan global bond bertenor 10 dan 30 tahun di awal Desember 2015. Penerbitan lebih awal dilakukan pemerintah untuk membiayai percepatan realisasi proyek infrastruktur. Jika pada tahun-tahun sebelumnya realisasi proyek berjalan pada kuartal kedua atau ketiga, tahun depan dipercepat di kuartal pertama. Utang dari
prefunding akan digunakan sebagai uang muka proyek. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, penerbitan SBN untuk
prefunding ironis karena penyerapan anggaran tahun ini belum optimal. "Pemerintah perlu menyusun perencanaan utang yang lebih matang," katanya. Hingga awal pekan lalu, realisasi penerimaan negara baru mencapai 76% dari pagu APBN-P 2015 sebesar Rp 1.761,6 triliun.
Sementara belanja negara mencapai 84% dari pagu sebesar Rp 1.984,1 triliun. Sehingga jika dihitung, defisit anggaran telah mencapai Rp 327,8 triliun. Ekonom BCA David Sumual bilang, walau kupon dan yield telah mencerminkan kondisi pasar, namun dibandingkan negara lain, yield SBN Indonesia tergolong tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto