SBN Masih Jadi Pilihan Perusahaan Asuransi Jiwa untuk Tempatkan Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Dalam kondisi ekonomi global yang serba tak pasti, industri asuransi jiwa lebih banyak memindahkan penempatan investasinya di Surat Berharga Negara (SBN). Meskipun, secara keseluruhan aset investasi secara industri masih turun.

Jika mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2023, aset industri asuransi jiwa mengalami penurunan 0,48% secara tahunan atawa year on year (YoY) menjadi Rp 517,84 triliun. Aset saham masih menjadi yang terbesar dengan senilai Rp 153,77 triliun.

Menariknya, aset Surat Berharga Negara (SBN) konsisten terus bertambah dalam beberapa bulan terakhir dengan tumbuh 27% YoY menjadi Rp 142,01 triliun. Ada semacam peralihan yang terjadi dengat aset reksadana yang terus berkurang sejak akhir tahun lalu dengan peraturan unitlink yang baru.


Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menyadari bahwa memang saat ini yang sedang terjadi adalah aset SBN banyak dipilih oleh perusahaan asuransi jiwa. Bahkan, ada fenomena di mana juga ada perubahan dari aset saham ke SBN.

Baca Juga: Laba Astra Financial Naik 26% di Kuartal I-2023

“Dari yang berisiko ke yang tidak berisiko, karena kemarin-kemarin ada kondisi perekonomian global seperti ancaman resesi global,” ujar Togar.

Oleh karenanya, langkah tersebut dinilai menjadi antisipasi dari perusahaan asuransi dalam berinvestasi, Meskipun, aset saham secara nominal saat ini masih yang paling tinggi.

“Masih banyak juga yang di saham, tapi perlu diingat bahwa ke aset SBN dan pasar uang juga banyak,” tambahnya.

Ia juga mengomentari aset investasi yang turun itu dinilai disebabkan oleh jumlah return yang memang bisa turun dengan kondisi yang ada. Sementara, ia bilang jumlah investasi dari perusahaan asuransi jiwa ini masih terus tumbuh.

Dari sisi pemain, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengungkapkan bahwa saat ini total dana kelolaan investasi termasuk syariah sebesar Rp 21,9 triliun. Angka tersebut tumbuh sekitar 1,4% secara ytd.

Sama dengan yang terjadi di industri, Eben bilang alokasi aset per Maret 2023, terbesarnya ada pada obligasi sekitar 57% yang di dominasi obligasi pemerintah. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kualitas aset di samping mengoptimalkan return.

Baca Juga: Pemudik Lebaran 2023 Melonjak, Asuransi Mudik dan Perjalanan Diproyeksikan Meningkat

Menurutnya, salah satu tantangan yang masih dihadapi adalah dengan adanya pemberlakuan SEOJK 5/2022 terkait unitlink yang terdapat beberapa aturan baru serta batasan-batasan untuk pemilihan instrumen investasi dan banyak perusahaan asuransi harus melakukan penyesuaian serta rebalancing aset.

“penyesuaian tersebut sudah kami lakukan sejak tahun lalu dan ke depannya akan terus melakukan maintain alokasi aset baru,” ujarnya.

Sedikit berbeda, Direktur MNC Life Johannes mengungkapkan bahwa pada kuartal pertama 2023, pihaknya lebih banyak melakukan penempatan portofolio pada instrumen saham

“Karena dana kelolaan terbesar kami berasal dari Subdana dengan strategi penempatan investasi pada instrumen saham,” kata Johannes.

Ia juga menegaskan bahwa perusahaan menjalankan strategi pengelolaan investasi secara moderat konservatif, di mana pihaknya melihat bahwa proyeksi tahun 2023 akan terdapat banyak sentimen terutama pada pasar saham dan obligasi.

“Namun Indonesia menjelang pemilu 2024 kemungkinan masih akan diuntungkan oleh peningkatan konsumsi dalam negeri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari