SBN ritel bisa memperluas jangkauan pasar modal ke investor baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun ini pemerintah akan rutin menawarkan obligasi ritel setiap bulan. Rencananya pemerintah akan menerbitkan 10 Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun ini.

Pasokan SBN ritel rutin ini sempat dikhawatirkan bisa memicu terjadinya perebutan dana masyarakat antara perbankan dengan pemerintah. Namun, bagi para manajer investasi, kesempatan pelaku pasar untuk memiliki obligasi ritel secara langsung tidak mengancam minat pelaku pasar lainnya pada reksadana pendapatan tetap yang juga beraset dasar obligasi.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, gencarnya pemerintah menawarkan SBN ritel tidak memengaruhi minat subscriber pada reksadana pendapatan tetap. Menurut dia, faktor beban pajak yang lebih besar pada SBN ritel masih menguntungkan reksadana pendapatan tetap.


"Dengan maraknya obligasi yang dipasarkan secara ritel, menurut saya malah akan menambah minat dan pengetahuan masyarakat terhadap investasi di capital market," kata Reza, Jumat (30/1).

Harapannya masyarakat yang tadinya berpikir hanya bisa berinvestasi di deposito pelan-pelan akan mengerti risiko dan karakterisitik di pasar modal.

Senada, Chief Product Development and Head of Sharia Unit Eastspring Investments Indonesia Rian Wisnu Murti mengatakan, kehadiran SBN ritel bukan menjadi ancaman produk reksadana pendapatan tetap tetapi merupakan cara untuk memberikan inklusi pada masyarakat untuk tahu produk pasar modal lainnya.

Rian menambahkan, segmen SBN ritel pun berbeda dengan reksadana pendapatan tetap. SBN ritel mayoritas hanya bertenor pendek atau dua tahun saja, sehingga cocok bagi investor degan tujuan investasi hanya jangka pendek.

Berbeda dengan investor reksadana pendapatan tetap yang dapat lebih dipegang lama. "Untuk investor muda masih memiliki tujuan investasi untuk jangka panjang sayang kalau hanya memegang SBN ritel yang tenornya pendek, mending masuk ke instrumen investasi yang lebih agresif," kata Rian, Kamis (31/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati