KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menetapkan tingkat kupon dari Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR012 di atas 6%. SBR012 merupakan Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang ditawarkan perdana di tahun ini. Asal tahu saja, penawaran SBR012 memiliki dua tenor atau jangka waktu berbeda dalam satu seri penawaran yakni tenor 2 tahun yaitu SBR012-T2 dan tenor 4 tahun yaitu SBR012-T4. Masa penawaran yakni mulai 19 Januari 2023 hingga 9 Februari 2023. Investor dapat memesan SBR012 mulai dari Rp 1 juta. Maksimum pemesanan untuk SBR012-T2 dan SBR012-T4 masing-masing sebesar Rp 5 miliar dan Rp 10 miliar.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto meyakini bahwa penjualan SBN ritel perdana di tahun ini bakal diserap baik oleh pasar. Pasalnya, tingkat kupon yang ditawarkan masih kompetitif di saat tren suku bunga melandai.
Baca Juga: Pemerintah Tawarkan SBR012 Mulai Besok (19/1), Tingkat Kupon di atas 6% SBR012-T2 ditawarkan dengan kupon atau imbal hasil sebesar 6,15%. Sedangkan SBR012-T4 memiliki tingkat kupon sebesar 6,35%. "Jika dibandingkan dengan suku bunga deposito yang rata-rata di bawah 5%, maka SBR012 punya imbal hasil lebih menarik," imbuh Ramdhan kepada Kontan.co.id, Rabu (18/1). Ramdhan melanjutkan, penyerapan pasar pastinya juga akan dibantu oleh minat investor ritel. Jumlah investor ritel yang masih sekitar 10% di pasar SBN pun diperkirakan terus bertumbuh, dimana saat ini pemahaman investasi dinilai masih dalam tahap pendalaman pasar. Selain itu, kupon SBR012 berpotensi naik, saat suku bunga Bank Indonesia (BI) ditingkatkan. Hal itu mengingat kupon SBR012 bersifat
floating with floor alias mengambang dengan batas minimal yang mengacu pada suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate. Fasilitas
early redemption juga masih disertakan pada penerbitan SBN ritel kali ini. Dengan demikian, investor bisa mencairkan dana pokok investasinya sebelum jatuh tempo. Ramdhan menilai hal ini tentu memberikan kenyamanan baik bagi penerbit ataupun investor. Dari sisi investor, investor dapat mencairkan SBR012 saat membutuhkannya mengingat pula sifatnya
non tradbable atau tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Adapun untuk periode pengajuan
early redemption SBR012-T2 mulai dibuka tanggal 26 Februari 2024, lalu ditutup 5 Maret 2024. Sedangkan, pengajuan
early redemption SBR012-T4 mulai 24 Februari 2025 hingga 4 Maret 2025. Tanggal setelmen SBR012-T2 dan SBR012-T4 masing-masing pada 11 Maret 2024 dan 10 Maret 2025.
Early redemption kedua tipe SBR012 tersebut sebesar 50% dari setiap transaksi pembelian yang telah dilakukan pada masing-masing Mitra Distribusi (Midis). Dihubungi terpisah,
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi mengatakan bahwa tingkat imbal hasil SBR012 dapat memikat pasar. Apabila dibandingkan dengan obligasi pemerintah dengan tenor yang sama pada saat ini, 2 tahun di level 5,9% - 6,0% dan tenor 4 tahun pada 6,2% - 6,3%, maka SBR012 masih memberikan imbal hasil yang lebih menarik.
Baca Juga: Prediksi IHSG di 8.040, Ini Sektor-Sektor Pilihan Manulife Tahun 2023 Reza berujar, investor yang ingin membeli SBR tentunya akan diuntungkan apabila tren suku bunga menurun ada batas minimal imbal hasil investasi. Hal ini berkaitan dengan sifat SBR012 yakni
floating with floor. Selain tingkat kupon, SBR012 dapat diserap baik karena tingkat keamanan yang tinggi yang dijamin oleh Pemerintah. Fasilitas
early redemption juga sangat membantu apabila investor memutuskan untuk menjual kembali ke Pemerintah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tanpa perlu khawatir akan penurunan nilai investasi. Menurut Reza, investasi pada SBR sangat cocok untuk nasabah yang memiliki dana panjang sesuai tenor SBR dan menerima imbal hasil secara bulanan atau dengan kata lain, alternatif dari penempatan dana di deposito. "Melihat animo pasar yang mencari tingkat suku bunga yang baik dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi, kami yakin target penjualan SBR012 akan tercapai," ujar Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/1). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi