KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surat Berharga Negara (SBN) ritel, baik yang berbasis surat utang konvensional maupun syariah punya prospek yang positif di tahun 2024. Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, kemungkinan ini didukung oleh Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi. Lionel pun melihat, saat ini, permintaan terhadap obligasi pemerintah sudah mulai membaik walaupun masih tidak jauh dari level bottom.
"Mungkin permintaan obligasi ritel pemerintah baru akan lebih terasa di awal tahun depan," kata Lionel saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/11). Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama (higher for longer) memang memicu arus modal keluar alias capital outflow serta melemahnya nilai tukar rupiah. Baca Juga: Tren Peningkatan Penjualan Ritel Diramal Akan Berlangsung hingga Akhir Tahun 2023 Pelemahan rupiah tersebut mendorong Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 6,00% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 18-19 Oktober 2023. Kenaikan suku bunga ini terjadi di tengah masa penawaran Obligasi Negara Ritel ORI024 yang berlangsung pada 9 Oktober-2 November 2023. Akibat kenaikan ini, penjualan ORI024 secara keseluruhan hanya mencapai Rp 14,5 triliun. Jumlah ini lebih rendah dari target awal Rp 20 triliun dan lebih rendah dari realisasi penjualan ORI023 pada Juli 2023 yang sebesar Rp 28,90 triliun.