SBN Ritel Tetap Jadi Favorit Walau Suku Bunga Acuan Dipangkas



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investasi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel tetap menarik di tengah tren penurunan suku bunga acuan. Instrumen SBN Ritel masih menjadi pilihan investasi jangka pendek favorit dengan likuiditasnya yang tinggi.

PR & Corporate Communication Lead Bibit, William mengatakan, pemangkasan suku bunga akan berdampak positif bagi aset obligasi, baik pembelian obligasi langsung ataupun reksadana pendapatan tetap. Hal itu karena harga obligasi cenderung bergerak naik saat suku bunga turun.

William melihat, investasi obligasi ketika suku bunga dipangkas pun masih diminati investor saat ini seperti penawaran ORI026. Hal tersebut karena produk Surat Berharga Negara (SBN) ritel tersebut masih menawarkan kupon lumayan tinggi dan potongan pajaknya lebih rendah daripada investasi sejenis.


Sebagai contoh, imbal hasil ORI026 tenor 3 tahun dan tenor 6 tahun masing-masing sebesar 6,30% dan 6,40%, masih lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank yang hanya 3-4% per tahun. Dari sisi pajak, pajak SBN 10% lebih rendah dibandingkan deposito yang sebesar 20%.

Baca Juga: Tips Optimalkan Keuntungan Investasi Obligasi Saat Suku Bunga Turun

Terlebih lagi, sifat kupon atau imbal hasil tetap (fixed rate) dari ORI026, maka investor tidak perlu khawatir dengan tren penurunan suku bunga ke depan. Kupon ORI026 tidak akan turun karena bersifat tetap, meski nanti suku bunga Bank Indonesia (BI) berpotensi kembali dipangkas.

"ORI026 bisa menjadi passive income tetap bulanan yang stabil kepada para investor, hingga 3 dan 6 tahun ke depan," ujar William kepada Kontan.co.id, Selasa (15/10).

Di samping itu, William menyarankan, investor juga mencoba investasi obligasi tenor panjang karena cenderung menawarkan kupon tinggi. Namun walaupun obligasi tenor panjang bisa memberikan keuntungan lebih besar, sebaiknya investor memilih tenor yang sesuai dengan jangka waktu yang sanggup mereka pegang untuk menjaga resiko.

"Apalagi untuk investor yang psikologinya tidak tahan dengan volatilitas harga," sebut William.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan, mengatakan bahwa obligasi ritel masih menarik karena kupon yang ditawarkan relatif tinggi dibandingkan deposito.

Meskipun, pemangkasan suku bunga bisa mengurangi minat investasi obligasi karena investor mungkin beralih ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham atau kripto. Daya tarik obligasi ritel mungkin berkurang karena kupon yang ditawarkan berangsur turun seiring pergerakan suku bunga.

Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Meningkat, Ekonom: Waspada Perekonomian Global Masih Tak Pasti

"Obligasi ritel tetap menjadi alternatif investasi pilihan untuk melindungi nilai investasi karena likuiditasnya yang tinggi dan keamanan finansial yang ditawarkan," imbuh Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (15/10).

Reza memandang, minat investasi obligasi ritel masih cukup tinggi terutama karena kupon yang ditawarkan. Misalnya ORI026 masih diminati karena kupon cukup tinggi dan sifat kuponnya tetap saat suku bunga turun.

Ke depannya, penawaran ST013 juga diharapkan akan disambut baik oleh investor. Meskipun besaran kupon dan jumlah penjualan mungkin bakal terpengaruh oleh lingkungan suku bunga rendah.

Selain itu, Reza melihat, minat investor ritel pada investasi obligasi di pasar sekunder yakni seri FR juga tidak kalah menarik dibandingkan SBN ritel. Di pasar sekunder, investor mungkin mencari instrumen yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dan likuiditas yang baik.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan, pemerintah optimistis penawaran ORI026 dalam dua seri yaitu ORI026 tenor 3 tahun (ORI026T3) dan ORI026 tenor 6 tahun (ORI026T6) mampu menghimpun pemesanan yang tinggi dan juga menjangkau investor baru.

Optimisme itu karena ORI026 ditawarkan dengan tingkat kupon yang menarik yakni 6,30% dan 6,40% untuk masing-masing tenor, serta tarif pajak yang lebih rendah dibanding investasi yang sejenis seperti deposito.

Selain aman dan menguntungkan, ORI026 juga menawarkan nilai tambah yakni berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan negara. Terkhusus, ORI026 tenor 6 tahun (ORI026T6) merupakan SBN Ritel pertama dengan label Sustainable Development Goals (SDGs) bond. 

Deni memandang, kondisi pasar SBN pun relatif membaik dalam dua bulan terakhir didukung melandainya inflasi, dan turunnya tingkat suku bunga di Amerika Serikat (AS) maupun di dalam negeri. Sehingga, investor asing mulai kembali masuk ke pasar SBN domestik yang diikuti penurunan yield SBN.

Baca Juga: ORI026, Instrumen Investasi Menarik di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga

Oleh karena itu, saat ini dipandang merupakan peluang terbaik untuk berinvestasi pada SBN termasuk ORI026 yang berada di awal tren penurunan suku bunga. Sebab, kupon ORI026 bersifat tetap (fixed rate) dan SBN ritel selanjutnya mungkin tidak akan menawarkan kupon tinggi lagi seiring turunnya suku bunga.

"Investor berpeluang memperoleh capital gain pada saat tingkat suku bunga turun ke depannya karena ORI026 memiliki kupon tetap dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder," ungkap Deni kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/10).

Berdasarkan catatan DJPPR, realisasi penjualan ORI026 s.d. Jumat (11/10), sebesar Rp 5,31 triliun, terdiri atas ORI026T3 sebesar Rp4,37 triliun dengan 16.136 investor dan ORI026T6 sebesar Rp0,94 triliun dengan 3.502 investor. Realisasi itu disebut masih sejalan (on the track) menuju target penghimpunan penjualan Rp 20 triliun.

Adapun penawaran ORI026 berlangsung selama 30 September sampai 24 Oktober 2024. ORI026 memiliki karakteristik yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah masa holding period selesai.

Selanjutnya: Kinerja SBN Sepekan Tertekan, Kepemilikan Asing Tumbuh Tipis

Menarik Dibaca: High Table Menggabungkan Kuliner Premium dan Hiburan Live Jazz

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
TAG: