SBN sepi, Menkeu yakin pembiayaan APBN aman



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang surat berharga negara (SBN) belakangan ini sepi peminat. Meski Kementerian Keuangan (Kemkeu) sudah memperbesar imbal hasil, namun hasilnya terbilang mini dibandingkan lelang-lelang sebelumnya.

Hanya saja, Kemkeu masih optimistis kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 tetap aman. Oleh karena itu Kemkeu belum akan mengubah strategi lelang SBN.

Kebutuhan pembiayaan utang dalam APBN 2018 mencapai Rp 399,22 triliun, turun 6,50% dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp 426,99 triliun. Dari kebutuhan itu, hingga Mei 2018, realisasinya mencapai Rp 169,02 triliun atau 42,34% target.


Realisasi utang yang belum mencapai 50% disebabkan karena belakangan ini hasil lelang SBN terbilang mini. Seperti pada lelang 3 Juli 2018 yang hanya menyerap Rp 11,32 triliun dari peminat Rp 21 triliun. Jumlah itu turun dari lelang 5 Juni yang menghasilkan Rp 11,7 triliun dari peminat Rp 29,3 triliun. Bahkan pada lelang 5 Mei, peminat mencapai Rp 31,47 triliun dan diserap Rp 15 triliun.

Walau begitu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, pembiayaan APBN tetap terjaga sampai akhir tahun. "Ini hanya dinamika pasar. Investor pasti mempertimbangkan situasi yang sekarang sedang terjadi," jelas Menkeu, belum lama ini.

Kondisi itu, menurutnya, sudah masuk perhitungan Kemkeu dalam melelang SBN. Hal itu terlihat dari target lelang SBN kuartal II-2018 yang hanya Rp 82,79 triliun, merosot drastis dibandingkan kuartal sebelumnya Rp 210,98 triliun. Pada kuartal III, pemerintah menargetkan hasil lelang SBN yang lebih besar, yakni Rp 181 triliun.

Sesuai jadwal

Kemkeu belum akan mengubah strategi lelang SBN dan akan melaksanakannya sesuai jadwal. Pada Juli ini misalnya, setelah tanggal 3, pelaksanaan lelang akan berlangsung pada tanggal 10, 17, 24 dan 31.

"Pemerintah, senantiasa melakukan komunikasi dengan pelaku pasar utamanya dengan diler utama dan para investor SBN, untuk mengidentifikasi appetite dari investor, sehingga kami dapat menyiapkan instrumen investasi yang diminati investor," jelas Direktur Surat Utang Negara Kemkeu Loto Srinaita Ginting, kepada KONTAN, Kamis (5/7).

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai, sepinya minat investor dalam lelang SBN, menunjukkan SBN kurang menarik bagi investor. "Mungkin selisih antara yield. Bila dengan SUN tenor 10 tahun, selisihnya 2,1%, sementara yield AS tenor 10 tahun 2,85%. Kurang menarik," ujar Lana.

Pemerintah seharusnya berani mengambil yield yang lebih tinggi jika ingin mengamankan target pembiayaan. Apalagi, BI sudah menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) 50 basis points (bps) menjadi 5,25%. Kenaikan itu pasti akan mendongkrak suku bunga deposito di perbankan. Jika pemerintah bersikukuh memasang yield SBN rendah, investor lebih suka menaruh dana di deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie